BERTUAHPOS.COM — Kebijakan pemerintah membuka tempat wisata dianggap begitu riskan. Penyebaran Covid-19 di Indonesia bisa saja seperti India jika melihat tingkat kerumunan yang luar biasa di beberapa tempat wisata di Tanah Air.
Pandangan ini diungkapkan oleh seorang pakar epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman. Ledakan kasus positif Covid-19 di Indonesia diperkirakan mencapai dua kali lipat dari tahun lalu seiring tingginya pergerakan orang saat mudik Lebaran dan membludaknya pengunjung di sejumlah tempat pariwisata pada akhir pekan lalu.
Dia menilai kebijakan pemerintah Indonesia yang membuka lokasi wisata ‘sangat riskan’ karena potensi penularan virus corona sangat besar sementara pemerintah tidak bisa memastikan pengelola wisata menerapkan strategi keselamatan Covid-19 yang baik di lapangan.
Tapi Juru bicara Penanganan Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan kebijakan pemerintah pusat membolehkan tempat pariwisata beroperasi karena tidak ingin ada, ‘penumpukan masyarakat di satu tempat.’ Pernyataan yang bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di lapangan.
Keputusan pemerintah Indonesia yang tak melarang kegiatan pariwisata disebut epidemiolog Dicky Budiman sebagai kebijakan yang “tidak dipersiapkan dengan baik dan tidak berbasis pada manajemen risiko yang mumpuni”. Ini karena membuka lokasi wisata di tengah pandemi Covid-19 sangat berisiko dan berpotensi besar menularkan virus corona.
Menurut Dicky, jika pemerintah ingin membatasi pergerakan masyarakat dengan melarang mudik Lebaran maka seharusnya sejalan dengan mencegah warga berwisata. Begitu pula dengan menutup pintu masuk bagi warga asing dari luar negeri.
“Kalau kita ingin membatasi orang bergerak, maka jangan membuka sekecil mungkin celah. Pemerintah Indonesia harus memperbaiki manajemen risikonya,” imbuh Dicky seperti dilansir dari BBC News Indonesia. (bpc2)