BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bertugas untuk melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC), sejauh ini belum bisa memastikan kapan kegiatan hujan buatan bisa dilaksanakan di Provinsi Riau.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Edwar Sanger mengatakan, bahwa Pemprov Riau sudah mengajukan permohonan untuk dilakukan TMC di Riau. Pengajuan permohonan ini, merujuk pada hasil analisis BMKG tentang potensi Riau terhadap kondisi kemarau fase kedua di tahun ini. “Sudah diajukan,” ungkapnya.
Sepanjang 2020, TMC di Riau sudah dilakukan 2 kali, sebagai bentuk salah satu upaya pencegahan terjadinya Karhutla di tahun ini. Menjelang itu, Edwar mengatakan bahwa kegiatan pencegahan lain seperti sosialisasi dan patroli ke daerah rawan Karhutla juga tetap dilakukan. Dengan melibatkan personel gabungan, termasuklah TNI-Polri.
Waktu yang Tepat untuk TMC
Menurut Kepala Bagian Umum BB-TMC Jon Arifian, memang Pemprov Riau sudah mengajukan surat permohonan untuk dilakukannya TMC di langit Riau pada 07 Juli 2020. “Surat itu berisi permohonan agar segera dilakukan TMC di Riau dalam upaya antisipasi Karhutla menyambut musim panas pada akhir Juli-September nanti,” katanya.
Di musim transisi ini, kata dia, memang merupakan waktu yang tepat bagi Riau untuk dilakukannya modifikasi cuaca, sebab masih banyak awah hujan yang biasa dimanfaatkan, agar curah hujan tetap berada pada intensitas tinggi.
Sepanjangan 2020, di Riau sudah 2 kali dilakukan TMC, dengan rata-rata jumlah garam yang disemai sebanyak 20-30 ton dalam rentang waktu 30 hari. Pada teknik modifikasi cuaca yang kali ketiga ini, menurut Jon Arifian, jumlahnya diperkirakan sama. Dengan jumlah itu, rata-rata menghasilkan air 40-60 meter kubik, dan masih bisa dioptimalkan.
“Pada TMC pertama di Riau itu diselenggarakan oleh BNPB, TMC kedua dari KLHK. Kami masih menunggu instruksi selanjutnya walaupun surat sudah masuk ke kami,” ungkapnya.
Dia menambahkan, berdasarkan analisis dari BMKG bahwa potensi kemarau tahun ini — Juli-September — cenderung tingkat kekeringannya lebih rendah jika dibandingkan kondisi kemarau pada tahun 2019. Namun demikian TMC tetap perlu dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak mudah terbakar.
Data Luasan Lahan Terbakar di Riau
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau sejak awal hingga pertengahan tahun 2020 sudah ‘menghanguskan’ setidaknya 1.371 hektare lahan. Data ini berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau per Januari sampai 12 Juli 2020
Jumlah lahan yang terbakar di Rohil seluas 52 hektare, Dumai 117 hektare, Bengkalis 357 hektare, Meranti 41 hektare, Siak 166 hektare, Pekanbaru 15 hektare, Kampar 22 hektare, Pelalawan 100 hektare, Inhu 48 hektare dan di Inhil 451 hektare. Di Rohul dan Kuansing masih Nihil
Sementara dari sisi penegakan hukum, sejauh ini sudah ada 57 orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka pembakar lahan. Namun perkembangan terbarunya, sejumlah wilayah yang sebelumnya sempat terjadi Karhutla. Seperti di Pelalawan, Rupat, Mandau dan Dumai api sudah padam dan pasukan gabungan sudah ditarik mundur dari lapangan. (bpc2)