BERTUAHPOS.COM — Konflik manusia dengan Harimau Sumatra di Riau terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menurut data yang dikeluarkan Jikalahari. Setidaknya ada 15 kejadian serangan harimau sejak 2008 hingga 2024, menyebabkan 13 orang mengalami korban jiwa, sisanya luka-luka.
Konflik manusia dengan Harimau Sumatra terjadi akibat persoalan paling mendasar, yakni. “Habitatnya hilang,” kata Koordinator Jikalahari, Okto Yugo Setiyo dalam keterangan tertulisnya, sebagaimana dikutip, Jumat, 3 Januari 2024.
Berdasarkan data Population Viability Analysis (PVA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2016 ada tujuh kantong habitat harimau di Riau. Namun, ditemukan sebanyak 36 perusahaan HTI dan delapan HGU perkebunan sawit.
Sementara itu, 15 lokasi kejadian serangan harimau, menurut data Jikalahari, berada di dekat atau bahkan di dalam kawasan kantong habitat harimau.
Tidak hanya itu, konflik manusia dengan Harimau Sumatra ada kaitannya dengan aktivitas perusahaan di kawasan kantong harimau di Riau. Misalnya di Semenanjung Kampar dan Senepis. Kedua daerah ini mengalami deforestasi cukup parah dalam 10 tahun belakangan.
Sejak 2014 hingga 2023, menurut data Jikalahari, luas deforestasi atau bukaan hutan alam mencapai 141.076,29 hektare. Untuk dua wilayah deforestasi tertinggi yaitu Semenanjung Kampar, dari 67.317,45 hektare. 33% di antaranya disumbangkan oleh korporasi.
“Sedangkan Senepis yang kehilangan tutupan hutan alamnya mencapai 30.037,34 hektare, korporasi menyumbangkan peran besar mencapai 79%,” ucapnya.
Deforestasi yang terjadi di kawasan kantong habitat harimau perlu jadi perhatian serius. Selama periode 2014 hingga 2023, tercatat deforestasi seluas 141.076,29 hektar di kawasan kantong harimau Riau.
Hilangnya hutan tidak hanya mengurangi habitat harimau. Tapi memaksa satwa buas itu untuk mencari sumber makanan di area yang berdekatan dengan pemukiman manusia. Akibatnya, konflik pun tak terjadi.
“Sebagai perbandingan, di kawasan Bukit Rimbang Baling yang memiliki tingkat deforestasi yang relatif rendah, kasus serangan harimau terhadap warga sangat jarang terjadi,” jelas Okto.***