BERTUAHPOS.COM — Serangan udara Israel di Jalur Gaza kembali menelan korban. Seorang juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanoua, dilaporkan tewas dalam serangan yang menyasar tenda perlindungan di Jabalia, Gaza utara, Kamis, 27 Maret 2025 dini hari. Beberapa warga lainnya turut terluka, termasuk anak-anak.
Kabar kematian al-Qanoua disampaikan oleh media Al-Aqsa dan Kantor Berita Shehab. Sementara itu, jurnalis Al Jazeera di Gaza, Hind Khoudary, melaporkan bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari rangkaian serangan militer Israel dalam beberapa jam terakhir. Salah satunya menghantam sebuah rumah di kawasan as-Saftawi, Kota Gaza, yang menewaskan enam anggota keluarga.
Serangan ini terjadi setelah Israel secara sepihak mengakhiri gencatan senjata pada 18 Maret lalu. Sejak saat itu, Israel menggencarkan operasi udara dan darat ke wilayah Gaza dengan tujuan menekan Hamas agar membebaskan tawanan yang masih mereka sandera.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 830 warga Palestina tewas dalam 10 hari terakhir. Jumlah korban sejak dimulainya perang pada Oktober 2023 telah mencapai lebih dari 50.183 orang tewas dan 113.828 lainnya terluka. Lebih dari separuh korban adalah perempuan dan anak-anak.
Selain al-Qanoua, sejumlah pejabat senior Hamas juga dilaporkan tewas dalam sepekan terakhir. Pada, 23 Maret 2025, serangan udara di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, menewaskan lima orang, termasuk Ismail Barhoum, kepala keuangan kantor politik Hamas.
Di hari yang sama, serangan terhadap tenda pengungsian di Khan Younis menewaskan Salah al-Bardaweel, anggota Dewan Legislatif Palestina sekaligus tokoh penting Hamas, bersama istrinya.
Menurut Reuters, dari 20 anggota kantor politik Hamas, 11 di antaranya telah tewas sejak konflik ini meletus pada akhir 2023.
Hamas masih menahan 59 dari sekitar 250 orang yang mereka culik dalam serangan ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan itu menewaskan sedikitnya 1.139 orang di pihak Israel. Israel merespons dengan operasi militer besar-besaran ke Gaza, yang terus berlangsung hingga kini.
Di sisi lain, krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mencatat sebanyak 142.000 warga Palestina telah dipaksa mengungsi sejak 18 Maret. Situasi ini diperburuk oleh blokade bantuan yang dilakukan Israel terhadap wilayah Gaza.
Upaya diplomatik untuk memperpanjang gencatan senjata masih belum membuahkan hasil. Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir yang menjadi mediator belum berhasil mencapai kesepakatan dengan kedua belah pihak.
Hamas menuduh Israel sengaja menghambat proses negosiasi, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan diperbarui setelah Hamas menolak proposal gencatan senjata.
Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel akan terus melancarkan operasi hingga seluruh tawanan dibebaskan, bahkan mengancam akan merebut wilayah di Gaza jika Hamas tidak menyerah.***