Jangan dibayangkan kemewahan seperti coffee shop aesthetic yang instagramable. Tempat ini cukup sederhana. Hanya kedai kopi kekinian. Namun, ada kisah persahabatan di balik kehadirannya. Liddera.Coffee.
Di Jalan Mendut Simpang Empat, Pekanbaru Kota, ada sebuah kedai kopi sederhana. Namanya Liddera.Coffee. Saya bertandang ke sini sekitar pukul 19.000 WIB pada Rabu malam, 4 Juni 2025, dan bertemu dengan Chika Cisara dan Rahma Tri Oktaviani, dua sahabat ini adalah pemiliknya. Di sini, beragam jenis menu kopi tersedia dan memang lagi digemari oleh kawula muda.
Chika dan Rahma memulai usaha ini dari sebuah kesamaan yang sederhana. Suka nongkrong sambil menikmati secangkir kopi. “Dari situ muncul ide, kenapa nggak sekalian bikin tempat sendiri yang bisa jadi ruang nongkrong orang lain juga,” ujar Chika memulai kisahnya saat berbincang dengan saya.
“Kami memilih outdoor agar tercipta kesan bebas dan nyaman,” timpal Rahma. Ya, suasana seperti ini masuk dalam konsep awal mereka sebelum membangun bisnis ini. Tujuannya, hanya ingin membangun dan menghadirkan nuansa santai.
Menurut mereka konsep yang terbuka itu lebih leluasa. Bebas. Anak-anak muda bisa berbincang dan menikmati kopi mereka lebih lama. Hingga larut malam. “Tapi ya, tantangan terbesarnya memang cuaca,” sambung Rahma.
Karena tidak memiliki ruang tertutup, Rahman dan Chika suka tak suka harus sabar saat langit mendung. Bagkan tak jarang, Liddera Coffee harus tutup.
“Kalau hujan, biasanya kami tutup lebih cepat atau bahkan nggak buka sama sekali. Itu risiko yang sudah kami pikirkan dari awal,” jelas Chika.
Namun, entah mengapa kedai kopi ini justru menunjukkan pertumbuhan bisnis yang potensial. Puncak-puncaknya saat weekend. Pengunjungnya meningkat tiga hingga empat kali lipat.
“Wah, ramai banget,” kata Rahma sambil tersenyum. “Meja penuh, bahkan banyak yang rela duduk di motor sambil ngopi.”
Kopi susu gula aren dan es kopi Liddera menjadi menu paling best seller di sini. “Kami racik sendiri,” sebut Chika. Kincinya menjaga takaran kopi gula dan air agar rasanya konsisten. “Banyak yang repeat order karena suka dengan rasa kopi kami.”
Tak muluk-muluk, China dan Rahma hanya ingin memperluas area duduk pengunjung agar lebih banyak orang yang bisa menikmati sajian menu dari Liddera.Coffee.
“Menambah beberapa tenda agar bisa tetap buka meskipun hujan. Kami sedang coba cari solusi biar nggak terlalu bergantung cuaca. Doakan saja semoga rezekinya lancar,” ujar Chika.
Malam semakin larut. Namun, wajah-wajah ceria dari mereka penikmat kopi terus terpancar, bercengkrama satu sama lain, berbagi cerita. Di sudut lain, kadang mereka memetik nada-nada sendu dan gembira dari dawai gitar yang mereka bawa sendiri.
“Sejak awal kami ingin tempat ini lebih dari sekedar jualan kopi. Kami ingin menciptakan rasa kekeluargaan di sini, dari para pelanggan-pelanggan kami. Semakin ke sini, sepertinya itu terwujud,” tutur Rahma.
Dari Liddera.Coffee, saya belajar bahwa kopi butuh sentuhan racikan yang konsisten. Dari Chika dan Rahma, saya mengerti kesamaan dan perbedaan itu perlu disatukan dan disepakati. Mereka membuktikan bahwa dari hobi dan persahabatan, bisa lahir usaha yang bukan hanya menjual rasa, tapi juga suasana. Selamat ngopi!***
— Habibie





































