BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – OJK atau Otoritas Jasa Keuangan di daerah didorong untuk masif melakukan edukasi publik tentang inklusi dan literasi keuangan.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, Aman Santosa mengatakan, hal ini dianggap penting, karena ketimpangan antara literasi dan inklusi keuangan masyarakat masih sangat tinggi.
Kesenjangan yang Signifikan
Ia menyoroti kesenjangan yang signifikan antara tingkat inklusi keuangan sebesar 85% dan tingkat literasi sebesar hanya 49%.
Dalam kerjasama dengan Kementerian Keuangan, OJK telah membentuk 514 Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) untuk meningkatkan literasi keuangan di tingkat lokal.
Santosa menyoroti pentingnya melibatkan pemimpin lokal setingkat kepala desa, dalam sesi edukasi publik.
“Undang seluruh lurah dan kepala desa agar mereka mendapatkan pemahaman tentang literasi dan inklusi keuangan,” jelasnya, seperti dilansir dari antaranews.com.
Dengan cara ini, Aman berharap, pemimpin lokal menjadi kunci dalam menyebarkan literasi keuangan di wilayah masing-masing.
“Program edukasi publik juga bertujuan untuk menghidupkan kembali TPAKD yang tidak aktif. Saat ini, kami memiliki lebih dari 500 TPAKD, tetapi mungkin hanya 60 hingga 70 persen yang aktif,” tambahnya.
Strategi Zone Marking
Santosa menyamakan strategi implementasi edukasi publik melalui administrasi lokal dan TPAKD dengan strategi zone marking yang umum digunakan dalam sepak bola.
Di luar zone marking, ia menyarankan mengadopsi strategi man-to-man marking, fokus pada kelompok dengan tingkat literasi lebih rendah, seperti UMKM dan difabel.
Dia menyatakan optimisme bahwa strategi ini akan memperluas jangkauan program edukasi keuangan ke setiap kabupaten, bukan hanya ibu kota provinsi.
Selain upaya tersebut, OJK bekerja sama dengan berbagai mitra, termasuk kementerian, lembaga, dan penyedia jasa keuangan, untuk menyebarkan informasi keuangan.
Santosa menyebutkan minisite Sikapiuangmu yang ditujukan untuk mahasiswa dan program Desaku Cakap Keuangan untuk memperkuat inklusi dan literasi keuangan.
OJK juga mengembangkan sistem manajemen pembelajaran daring dengan 11 modul yang mencakup perencanaan keuangan, pasar modal, perusahaan pembiayaan, dan literasi keuangan digital.
“Ada 11 modul yang diharapkan dapat diakses oleh peserta program Kartu Prakerja, baik yang baru bergabung maupun yang sudah alumni,” katanya.***