BERTUAHPOS — Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pemerintah Indonesia mengenai risiko pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Angkanya berpotensi melampaui target pemerintah sebesar 2,53% atau setara Rp616,2 triliun.
Peringatan ini disampaikan setelah rangkaian Misi Konsultasi Pasal IV IMF di Indonesia yang berlangsung pada 3–12 November 2025. Misi tersebut dipimpin Kepala Misi Pasal IV IMF, Maria Gonzalez, untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi nasional dan arah kebijakan fiskal pemerintah.
Dalam laporan resminya, IMF memperkirakan defisit APBN 2025 akan melebar hingga 2,8 persen dari PDB, lebih tinggi dibandingkan target awal dalam APBN. Bahkan pada 2026, defisit berpotensi meningkat lagi menjadi 2,9%, melampaui estimasi anggaran pemerintah tahun 2026 yang mematok angka 2,7% dari PDB.
“Defisit fiskal akan melebar menjadi sekitar 2,8 persen dari PDB pada 2025 dan kemungkinan naik ke 2,9 persen pada 2026,” tulis IMF dalam siaran pers No. 25/375, pada 18 November 2025.
IMF menilai pelebaran defisit tersebut merupakan konsekuensi dari ekspansi fiskal yang dilakukan pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Lembaga itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di 5 persen pada 2025 dan sedikit meningkat ke 5,1 persen pada 2026, didukung kebijakan fiskal dan moneter yang pro-stabilitas.
Namun, IMF mengingatkan perlunya pengelolaan fiskal yang lebih cermat agar risiko pelebaran defisit tetap terkendali. Lembaga tersebut menekankan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap operasi kuasi-fiskal serta peningkatan kualitas belanja negara.
“Menjaga risiko fiskal tetap terkendali membutuhkan pengelolaan fiskal yang cermat, perlindungan yang kuat, serta pengawasan ketat terhadap operasi kuasi-fiskal,” tulis IMF.
IMF mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan mobilisasi pendapatan, terutama melalui peningkatan efektivitas perpajakan dan alokasi belanja berkualitas tinggi. Perbaikan efisiensi belanja dianggap penting untuk memperkuat ruang fiskal dan menjaga ketahanan ekonomi terhadap berbagai risiko.
Dalam laporannya, IMF juga memperkirakan inflasi Indonesia akan tetap terjaga dan bergerak menuju titik tengah sasaran. Defisit transaksi berjalan diprediksi tetap terkendali sepanjang 2025–2026 dengan dukungan cadangan devisa yang memadai.
Meski demikian, IMF menyoroti masih adanya ancaman risiko eksternal. Ketegangan perdagangan global, ketidakpastian ekonomi yang berkepanjangan, serta volatilitas pasar keuangan menjadi faktor yang harus diwaspadai. Di dalam negeri, risiko dapat muncul akibat pergantian kebijakan yang terlalu besar tanpa kerangka pengaman yang kuat.
IMF juga menyebut adanya potensi positif. Reformasi struktural yang lebih progresif dan percepatan integrasi perdagangan dapat memberikan dorongan tambahan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.***





































