BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemprov Riau, didorong untuk memperkuat sektor pangan, dan diharapkan jadi fokus utama dalam program kerja mereka yang baru.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, SF Hariyanto menegaskan, ketahanan pangan merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat.
Sektor ini tak hanya menjadi benteng pertahanan dalam kemandirian ekonomi masyarakat, tapi juga menjadi indikator penting dalam upaya menjaga stabilitas inflasi di Riau.
Namun, tantangan terkait pasokan beberapa komoditas pangan, seperti cabai dan ayam, membuat Riau menjadi sorotan berulang kali, karena melonjaknya inflasi.
“Jujur, kita harus cepat menyelesaikan masalah ini, khususnya komoditi cabai dan ayam. Saya mendorong kepada dinas terkait untuk membuat program unggul untuk mengatasi masalah ini,” kata Sekda di Pekanbaru, Rabu, 3 Januari 2024.
Dia menambahkan, kedua komoditi tersebut hanya sebagian kecil dari contoh komoditi yang sensitif terhadap inflasi. “Belum lagi soal daging, beras, dan komoditi pangan lainnya,” tuturnya.
Menurutnya, Riau harus berkaca dengan Provinsi Jawa Barat, yang tangguh dalam hal ketahanan pangan. Bahkan hasil panen petani cukup memenuhi kebutuhan 50 juta penduduk di sana, termasuk mampu menyuplai kebutuhan pangan untuk DKI Jakarta.
“Di Jawa Barat itu bahkan sudah ada rumah sakit hewan. Nah, Riau, jumlah penduduk kita juma 6 juta jiwa, masa kita tak bisa mewujudkan itu,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Sekda menegaskan, program unggulan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, telah lama ditunggu masyarakat. Saat ini Riau hanya mampu memenuhi sekitar 40% kebutuhan pangan masyarakatnya, sisanya 60% disuplai dari provinsi tetangga.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Riau inflasi sebesar 2,50% secara year on year dengan indek harga konsumen sebesar 116,90—rangkuman inflasi dari 3 kota di Riau.
Sepanjang Desember 2023, Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan mengalami inflasi, dengan angka inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai sebesar 2,78%, Pekanbaru 2,50% dan Tembilahan 1,53%.
Kepala BPS Riau, Asep Riyadi menjelaskan, penyebab utama Inflasi (yoy) karena kenaikan harga dalam kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan signifikan sebesar 4,96%, diikuti oleh kelompok transportasi (2,92%), perawatan pribadi (2,17%).
Kenaikan juga terlihat pada penyediaan makanan/restoran sebesar 1,36%. Sedangkan kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami deflasi 0,04%.
Adapun untuk komoditas seperti cabai merah, beras, rokok kretek, mobil, emas perhiasan, dan beberapa lainnya, menjadi kontributor dominan terhadap Inflasi.
“Sementara itu, pada tingkat bulanan, bawang merah, angkutan udara, tomat, emas perhiasan, bayam, dan ayam hidup menjadi pendorong utama kenaikan inflasi,” tambahnya.***