BERTUAHPOS – Pemerintah Provinsi Riau sejak awal telah mewaspadai potensi kenaikan inflasi pada akhir 2025. Hal ini dipicu oleh menurunnya produksi bahan pangan di sejumlah daerah penyuplai yang terdampak banjir dan longsor di wilayah Sumatra. Kondisi tersebut berpotensi mengganggu suplai pangan yang masuk ke Riau.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Syahrial Abdi, mengatakan bahwa bencana alam membuat distribusi dari daerah penghasil ke Riau berisiko tersendat. Ia menegaskan perlunya antisipasi sejak dini agar gejolak harga tidak semakin besar menjelang akhir tahun.
“Secara historis, inflasi di akhir tahun selalu cenderung naik. Apalagi dengan banjir di daerah penyuplai, situasinya menjadi faktor yang berada di luar kendali kita,” ujar Syahrial di Pekanbaru, Selasa, 2 Desember 2025.
Oleh sebab itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menilai prediksi cuaca dari BMKG harus dimanfaatkan oleh OPD terkait untuk memperkuat pembinaan kepada para petani, pekebun, dan daerah penghasil komoditas utama.
Syahrial menambahkan bahwa sebagian besar kebutuhan harian masyarakat Riau masih bergantung pada pasokan dari luar daerah. Karena itu, menjaga stabilitas rantai pasok menjadi prioritas utama pemerintah. “Ini harus dikawal ketat supaya tidak terjadi kekosongan atau keterlambatan distribusi,” ujarnya.
Upaya pengendalian terus diperkuat melalui rapat rutin Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Forum ini menjadi ruang untuk memastikan setiap perkembangan di lapangan dapat segera ditindaklanjuti, termasuk intervensi terhadap komoditas volatil seperti cabai, beras, dan bawang.
Dalam dua tahun terakhir, Pemprov Riau menilai pola pengelolaan inflasi sudah semakin jelas. Setiap masalah yang muncul memiliki skema intervensi yang bisa langsung diterapkan berdasarkan pengalaman penanganan sebelumnya.
“Saya melihat pengendalian inflasi di Riau sudah on the track. Kita semakin siap menghadapi dinamika pasokan dan cuaca yang sulit diprediksi,” kata Syahrial.***




































