BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Bank Indonesia [BI] Kantor Perwakilan Riau mengemukakan bahwa pola siklus tanam dan panen untuk bawang dan cabai sebagai komoditi utama penyumbang inflasi di Pekanbaru, perlu disesuaikan kembali.
Hal ini diungkapkan oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Bidang Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah Teguh Setiadi, Kamis, 8 April 2021.
“Di Pekanbaru ini, walau tak luas, tetap ada petani cabai dan bawang. Nah, selama ini kami mencatat pola siklus tanam dan panen. Kedua komoditi ini merupakan salah satu faktor utama penyumbang inflasi di Pekabaru,” katanya.
Dia mengungkapkan, siklus panen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga komoditas utama penyumbang inflasi di Pekanbaru.
Hal tersebut dapat dilihat dari dinamika pergerakan harga cabai merah dan bawang merah di Pekanbaru, yang cenderung tunjukkan pola yang cukup konsisten sepanjang tahunnya, “Termasuk saat Ramadhan pada kurun waktu 2017 hingga 2020,” jelasnya.
Dijelaskan, misalnya pada indeks pergerakan harga cabai merah. Teguh memperlihatkan grafik pergerakan harga yang membentuk pola U-Shape.
Setiap tahunnya, di triwulan I dan IV harga cabai merah cenderung meningkat seiring dengan periode tanam di bulan Desember sampai Januari.
“Sedangkan pada triwulan II dan III, harga cabai merah cenderung turun seiring dengan masuknya musim panen raya di bulan April hingga Mei,” jelasnya.
Sementara itu, kata Teguh Setiadi, untuk indeks pergerakan harga bawang merah, cenderung membentuk pola W-Shape.
Pada triwulan II dan IV, harga bawang merah cenderung meningkat seiring dengan periode tanam pada April – Juni dan Oktober – Desember setiap tahunnya.
Sedangkan pada triwulan I dan III harga bawang merah cenderung turun dengan hadirnya musim panen pada bulan Juni – Maret dan Juli – September.
Menurut Teguh, para petani sudah seharusnya diberikan pemahaman untuk menyesuaikan masa tanam agar agar ketersedian dan harga komoditi ini tetap stabil. “Dengan demikian, para petani akan tetap diuntungkan,” sebutnya. (bpc2)