BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Demi mendukung kelancaran Operasi Trikora untuk merebut Papua Barat dari tangan Belanda, Indonesia harus mempunyai militer yang kuat.
Presiden Soekarno yang menyadari hal ini kemudian berusaha membeli persenjataan dari sejumlah negara, namun gagal. Beberapa negara, seperti AS menolak menjual persenjataannya ke Indonesia karena sama-sama anggota NATO.
Bung Karno semakin gusar saat mengetahui Belanda mengirimkan kapal indul termodernnya, Karel Doorman ke Papua Barat.
Maka, pada Desember 1960, Bung Karno memerintah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal A.H Nasution untuk pergi ke Rusia. Misinya hanya 1, yaitu mendapatkan alat perang dari Rusia.
Nasution mendapatkan sambutan hangat di Rusia, dan bahkan mendapatkan kesempatan untuk berpidato di Istana Kremlin. Rusia menyetujui penjualan senjata ke Indonesia dalam piagam bernama “untuk membela perdamaian dan persaudaraan di Asia Tenggara”.
Misi Nasution berhasil membawa persenjataan dengan nilai US$ 450 juta, dengan bunga kredit 2,5 persen selama 20 tahun.
Dalam sekejap, militer Indonesia menjadi yang terkuat di belahan selatan bumi. Angkatan Udara Indonesia mempunyai puluhan pesawat tempur seri MiG, puluhan helikopter tempur, dan berbagai peralatan perang udara termodern dan tercanggih.
Namun, yang paling ditakuti adalah puluhan pesawat pembom TU-16, yang membawa peluru kendali anti kapal AS-1 Kennel. Pesawat ini disebutkan mampu menenggelamkan kapal induk Karel Doorman.
Untuk Angkatan Laut, persenjataan yang didapat tak kalah hebat. Salah satu kapal perang yang dibeli Indonesia adalah kapal jelalah kelas Sverdlov. Kapal ini mempunyai bobot penuh 16.640 ton, dengan lebar 22 meter dan panjang 210 meter. Oleh Indonesia, kapal ini diberi nama KRI Irian.
Meningkatnya kekuatan militer Indonesia secara signifikan membuat nilai tawar Indonesia menguat dalam perebutan Papua Barat. Amerika Serikat kemudian mendorong Belanda agar mau berunding dengan Indonesia. (bpc4)