BERTUAHPOS.COM — Politisi PDIP Adian Napitupulu mengungkapkan nada berisi sindiran ke Menteri BUMN Erick Thohir. Bentuk sindiran itu saat dia menanggapi pernyataan Erick Thohir yang menyebutkan bahwa ada 53 BUMN diduga terindikasi korupsi.
“Menteri bilang 53 terindikasi korupsi, mana? Bawa dong ke KPK. Menteri BUMN tak punya wewenang (mengusut itu),” ucapnya, dalam program ‘Bincang Santai dengan Adian Napitupulu’ yang tayang di YouTube.
Pentolan aktivis ’98 itu sebelumnya menyindir sebuah kasus yang pernah diungkap saat Erick Thohir baru saja menjabat sebagai Menteri BUMN. Ketika ditanyakan apakah dirinya ingin Erick masuk dalam daftar resaffle Presiden Jokowi?.
“Dulu ramai-ramai soal Harley Davidson, sekarang mana kasusnya? Apakah hal-hal seperti ini kemudian menjadi acuan untuk mereshuffle, itu bukan urusan saya, itu urusan presiden,” ujar.
Adian juga menyindir sikap Kementerian BUMN yang malah menerbitkan logo baru, tak berapa lama setelah presiden marah-marah soal rasa yang tak sama dengan menteri beberapa waktu lalu.
Padahal, kondisinya presiden marah karena banyak kementerian tak menunjukkan performa yang baik dalam penyerapan anggaran. Sementara di sisi lain, rakyat sangat membutuhkan kebijakan yang cepat, untuk mengatasi krisis yang ada.
“Menteri BUMN malah buat logo baru. Pertanyaannya, apa hubungan logo dengan kelaparan rakyat, utang dan lain-lain? Apakah ini bisa direshuffle? Ya presiden yang tahu,” ucapnya.
Indonesian Ibarat Sebuah Jalan
Adian kemudian mengistilahkan kondisi Indonesia saat ini ibarat sebuah jalanan. Akibat pandemi COVID-19, Indonesia terpuruk, dan membutuhkan para pengambil kebijakan yang mampu memberi solusi terbaik.
“Situasi saat ini bukan jalanan lurus dan mulus, nyaman udaranya. Ibarat jalan, kondisi sekarang ini jalannya menanjak ke atas, sangat curam. Ada bebatuan, petir dan gledek karena wabah COVID-19,” ucapnya, seperti dilansir dari JPNN.
Dia mengaku khawatir jiga kabinet Jokowi tidak bisa berubah menjadi lebih baik, Indonesia tidak akan sampai pada tujuan yang diinginkan seperti visi misi presiden.
Menurutnya, mungkin yang dibutuhkan bukan kecepatan, tetapi tenaga. Mungkin menteri yang biasanya tidur 8 jam, sekarang 3 jam sehari. “Jangan-jangan menteri yang dibutuhkan sekarang harus terus berkeliling dan tidak pulang-pulang ke rumah,” katanya. (bpc2)