BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Harimau Sumatera bernama Bonita menjadi begitu fenomenal dalam sejarah konflik harimau dengan manusia di Kabupaten Indragiri Hilir beberapa tahun lalu.
Para ahli satwa mengatakan bahwa Harimau Bonita memiliki tingkah laku yang tidak biasa dari harimau kebanyakan. Para masyarakat lokal berpendapat konflik Bonita dengan manusia tersirat pesan mistik yang sulit dipecahkan logika.
Duta Lingkungan Hidup Valerina Daniel mengatakan hubungan antara manusia dengan harimau, sudah menjadi bagian dari kearifan lokal sejak dulu, terutama di Sumatera.
“Buku Bonita: Hikayat Sang Raja karya almarhum Haidir Anwar Tanjung tidak hanya berbicara tentang kearifan lokal, tetapi juga mengulas hubungan antara manusia dengan satwa liar dalam hal ini harimau Sumatera,” katanya saat peluncuran dan bedah buku itu di KLHK, 27 November 2020.
Sejak dahulu kala, harimau dan manusia — khususnya di Indonesia — sangat erat. Valerina mengatakan, semisalnya terjadi konflik, itu karena terganggunya nilai kesembangan yang harus dikembalikan, serta bagaimana caranya menjaga hubungan baik antara harimau dan manusia dapat terus terjalin.
“Jangan sampai anak cucu kita nanti, hanya bisa kita melihat harimau di gambar saja atau ceritanya saja, tapi tidak ada lagi wujud aslinya,” katanya.
Valerina Daniel menerangkan, dirinya sangat mengapresiasi Haidir Tanjung yang sudah menulis buku dengan memberikan gambaran kepada pembaca upaya konservasi satwa harimau yang dijalankan pemerintah Indonesia, khususnya dalam hal ini KLHK.
Berdasarkan ceritanya, pada tahun 2008 lalu, sebagai duta lingkungan Valerina diundang Bank Dunia untuk memberikan pidato dalam acara peluncuran Global Tiger Conservation Initiative di markas Bank Dunia di Washington DC Amerika Serikat.
Namun pada saat itu ia kesulitan dalam menemukan buku sebagai landasan membuat pidato tersebut yang pada akhirnya ia menemukan buku terkait konservasi harimau itu ditulis oleh orang luar negeri pada tahun 1995 lalu.
“Saya senang ada orang menanyakan harimau, kita sudah ada buku dan ditulis oleh orang Indonesia sendiri bukan orang asing. Terima kasih Bang Haidir,” ujarnya. (bpc2)