BERTUAHPOS.COM — Di sudut kecil Jalan Sapta Taruna, Gang Anggur II Pekanbaru, seorang ibu rumah tangga begitu piawai merawat ribuan ekor puyuh petelur yang dibudidayakannya.
Awalnya, peternakan puyuh skala rumahan ini dikelola oleh suaminya sejak tahun 1997. Namun, sang suami memilih bekerja di luar kota pada tahun 2019. Sejah itu, peternakan puyuh ini dikelola sendiri oleh Ela.
Ternyata, di tangan Ela, usaha budidaya puyuh petelur ini berjalan sukses. Hasilnya lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
“Saya rasa beternak puyuh ini sangat cocok untuk wanita. Perawatannya tidak sulit, cukup memberi makan sekali sehari,” kata Ela.
Kini, Ela mengelola sekitar 1.500 ekor puyuh. Setiap harinya mampu menghasilkan 1.100 hingga 1.200 butir telur.
Usaha budidaya ternak puyuh petelur perlu mempertimbangkan ketersediaan lahan sebagai langkah awal. Luas lahan akan disesuaikan dengan jumlah kandang dan bibit puyuh yang akan diternak.
Untuk efisiensi lahan, ia menggunakan kandang bertingkat seperti rak, yang bisa menampung banyak burung dalam ruang terbatas.
“Saya biasanya isi 80 ekor per kotak kandang. Tapi bisa juga 40 ekor, tergantung kebutuhan,” jelasnya.
Ela memilih bibit puyuh dari luar daerah karena lebih tahan penyakit dibandingkan puyuh lokal. Selain itu, ia memberikan perhatian khusus pada proses penetasan dan perawatan awal, seperti vaksinasi di umur 1–7 hari serta pemberian vitamin rutin.
Puyuh sangat sensitif terhadap suara bising. Itu akan membuatnya stres. Akibatnya, produksi telur jadi menurun.
“Kalau sudah stres, perlu seminggu untuk pulih,” katanya. Oleh karena itu, lingkungan kandang yang tenang menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Musim pancaroba juga menjadi tantangan, karena risiko serangan virus meningkat.
Ela mengantisipasi hal ini dengan memperbanyak vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh puyuh. “Kalau sudah kena virus, biasanya pasrah. Tapi sebisa mungkin kita cegah,” tambahnya.
Puyuh mulai bertelur di umur 45 hari. Puncak produksinya di usia 2 bulan hingga satu tahun. Setelah itu, puyuh akan diafkir dan diganti dengan bibit baru.
Dari bisnis ini, Ela memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp2.500.000 per bulan. Meski ada persaingan dari telur puyuh luar daerah, pasar lokal Pekanbaru masih stabil.
“Pekerjaan ini santai. Sehari cukup satu jam untuk memberi makan, memungut telur, dan membersihkan kandang seminggu sekali,” ungkap Ela.***