BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – 17 Februari 1908, atau 15 Muharam 1326, seorang anak laki-laki lahir di Nagari Sungai Batang, Agam, Sumatera Barat. Anak ini dikenal dengan bujang nakal pada usia mudanya.
Anak ini kemudian diberi nama Abdul Malik. Kelak, Abdul Malik menjadi seorang ulama dan negarawan besar yang dikenal dengan sebutan Buya Hamka.
Ayah Abdul Malik bernama Abdul Karim bin Amrullah, atau lebih dikenak dengan sebutan Haji Rasul. Dia adalah seorang ulama pelopor gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau, sekaligus pendiri dan pengsuh Madrasah Thawalib di Padang Panjang.
Sedangkan ibu Abdul Malik bernama Siti Shafiyah Tanjung, bangsawan bergelar Bagindo Nan Batuah.
Sejak kecil, Abdul Malik sudah menampakan kecerdasannya. Alih-alih duduk dan mendengarkan gurunya ceramah, Abdul Malik lebih suka belajar sendiri.
Dia melahap semua ilmu, termasuk ilmu bela diri, ilmu umum, dan juga ilmu agama. Padahal, saat itu dia telah dimasukkan di 2 sekolah sekaligus, yaitu Sekolah Desa untuk ilmu umum dan Diniyah School untuk ilmu agama.
Dalam pikiran Abdul Malik, belajar di kelas dan mendengarkan guru membuatnya bosan. Menurut dia, belajar secara langsung akan lebih efektif.
“Duduk di kelas ini membosankan. Hanya mendengarkan guru ceramah, tidak ada ilmu yang bisa diambil. Belajar sendiri lebih jauh lebih baik,” demikian pemikiran Abduk Malil waktu itu.
Hanya saja, keenggan Abdul Malik duduk belajar di kelas tak disenangi ayahnya. Haji Rasul yang menginginkan anaknya mengikuti jejaknya sebagai ulama yang terkenal di seantero Minangkabau.
“Apa kata orang, bujang (panggilan kepada anak lelaki). Engkau adalah anak Haji Rasul, namun malas datang ke sekolah, malas membaca kitab di surau. Apa kata orang nanti?” demikian nasehat Haji Rasul kepada Abdul Malik.
Nasehat ayahnya tak sepenuhnya didengarkan Abdul Malik. Dia memang tetap ke sekolah, namun diluar itu dia tetap mencari ilmu lain. Salah satunya adalah mendengarkan kaba (kisah-kisah rakyat Minangkabau).
Namun, akhirnya kesenangan bujang nakal ini mendengarkan kaba diketahui juga oleh Haji Rasul. Meski sudah memberikan alasnnya, Haji Rasul sudah terlanjur marah kepada Abdul Malik.
“Bujang, kelakuanmu semakin kurang ajar. Mulai sekarang, kamu tak diizinkan lagi masuk ke Sekolah Desa, dan harus masuk Madrasah Thawalib,” kata Haji Rasul.
Maka, mulai umur 6 tahun, Abdul Malik belajar di 2 sekolah, yaitu Diniyah School dan Madrasah Thawalib. (bpc4)
Sumber: Buya Hamka, Sebuah Novel Biografi. Karangan Haidar Musyafa, diterbitkan Imania tahun 2018