BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — B.M. Diah adalah salah satu pahlawan dari kalangan jurnalis. Dia punya peran di balik deklarasi Proklamasi Kemerdekaan saat dibacakan oleh Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno.
Burhanuddin Mohammad Diah, lahir pada 7 April 1917, bukan hanya seorang tokoh pers, tapi juga pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha yang memberikan warna kisah keberanian dan keberhasilan Indonesia.
Setelah Soekarno menyatakan kemerdekaan RI, Diah dan teman-temannya dengan gigih menghadapi tantangan dari pihak Jepang untuk menyebarkan berita tersebut ke seluruh Indonesia. Melalui pamflet dan surat kabar, mereka berhasil menorehkan awal kisah heroik perjuangan Indonesia meraih kemerdekaannya.
Sebagai seorang jurnalis, Diah menjadi saksi langsung ketika Soekarno-Hatta menyelenggarakan pertemuan bersejarah dengan tokoh-tokoh PPKI di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori.
Pada malam tanggal 16 Agustus 1945, pertemuan tersebut menjadi panggung penyusunan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo meracik draf proklamasi, B.M. Diah bersama para aktivis dan pemuda lainnya menanti di ruang tengah rumah Laksamana Maeda.
Setelah disetujui oleh wakil pemuda dan anggota PPKI, Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah tersebut, mengukir lembaran sejarah yang menggetarkan (Official, Kawan GNFI, Mengenal B.M. Diah, Sosok Penyelamat Naskah Asli Proklamasi, goodnewsfromindonesia.id).
Soekarno awalnya merajut draf teks proklamasi di selembar kertas putih yang tersobek dari buku kecil. Draf itu mengalami sentuhan ajaib dari Soekarno-Hatta dan para tokoh PPKI, menjelma menjadi teks Proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya.
Soekarno memberikan potongan kertas itu kepada Sayuti Melik untuk diubah menjadi tulisan mesin ketik. Setelah naskah proklamasi tersusun dengan rapi dan ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, Sayuti Melik dengan santai membuang secarik kertas itu ke dalam keranjang sampah, mengubur draf yang telah memimpin langkah bangsa menuju kemerdekaan.
“Setelah naskah tersebut disalin oleh Sayuti Melik, naskah tersebut dibuang ke tempat sampah begitu saja,” Diah dalam buku biografi berjudul: Butir-butir Padi B.M Diah, Tokoh Sejarah yang Menghati Zaman.
Saat itulah naluri jurnalis Diah bekerja. Beberapa saat kemudian, dengan langkah sigap, ia mengambil draf teks proklamasi tulis tangan Soekarno dari dalam keranjang sampah, meski kondisinya sudah tak sempurna. Keputusan sederhana Diah, menjadi kunci utama dalam melengkapi arsip bersejarah tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Teks Proklamasi tulisan tangan Soekarno itu bisa kita lihat hingga saat ini berkat apa yang dilakukan Diah. Namun, peran penyelamat terhadap arsip nasional bersejarah, tidak hanya milik Diah, sejumlah tokoh lain juga ikut menyelamatkan Indonesia dari kegelapan identitas.
Tanpa jejak teks, foto, video, dan audio tentang momen bersejarah itu, kita akan kehilangan bukti otentik bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia pernah diumumkan (Kuwado, Fabian Januarius, 2021-08-26: Kisah Para Penyelamat Arsip Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Kompas.com).***