“Usaha tak pernah mengkhianati hasil.” Kalimat ini pantas disematkan kepada Novia Flaherti. Jerih payah yang dilakoni menghantarkan usahanya sebagai UMKM Champion di Gernas BBI dan BBWI Riau 2023. Inilah kisah di balik manisnya cuan Madu Dafana.
— — —
Rasa bahagia berbalut bangga mengiringi tapak demi tapak langkah kaki Novia Flaherti, saat berjalan ke atas panggung megah di halaman Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru, pada Sabtu menjelang siang itu, 29 Juli 2023.
Bagaimana tidak, usaha yang dijalankan dengan peluh dan penat, kini berhasil sabet juara IV, sebagai UMKM Champion dalam Harvesting Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBI dan BBWI) Riau 2023.
Di sini, dia merasa dihargai dengan ganjaran sebuah prestasi, meski yang dibawa pulang bukan peringkat pemuncak. Senyumnya merekah menghiasi wajah, lalu kembali dengan tatapan berseri, menghampiri anak dan suami yang sedari tadi menunggu di stand. Lalu mereka kembali berjualan.
Novia Flaherti adalah Owner Madu Dafana. Ia membagun usaha ini bersama sang Suami, Yusri Harahap, sejak tahun 2017 lalu. Madu Dafana adalah produknya. UMKM yang menjual madu kemasan eceran ini, beralamat di Jalan Rawa Indah, Kelurahan Sidomulyo Timur, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Menariknya, madu yang dijual Novia merupakan hasil dari penangkaran lebah sendiri, dengan kualiti kontrol kadar air konsisten di 21 persen (di bawah standar maksimal peraturan SNI 3545-2013). Inilah yang membuat Madu Dafana selalu unggul dari kebanyakan produk serupa.
“Kami bisa pastikan bahwa madu yang kami jual murni tanpa proses dehum ataupun pasteurisasi (raw). Jadi memang, apa yang kami kemas, ya dari apa yang kami panen di penangkaran,” tuturnya.
Usaha ini bermula dari awalnya Novia menjadi reseller produk madu lebah tahun 2017. Namun keadaan memaksa dirinya harus vakum walau sementara, karena di tahun 2020 pandemi Covid-19 melanda.
Namun, di benak Novia, selalu ada satu hal terus mengganjal. Madu yang diperoleh dari supplier selalu dikeluhkan pelanggan soal tingkat kemurniannya.
“Saya selalu dapat madu yang nggak pernah murni. Selalu banyak campurannya. Bahkan berganti supplier-pun juga sama, selalu seperti itu,” ujar ibu satu anak itu.
Di tahun 2021, seorang teman dari Jakarta berkabar kepada Novia. Dia ingin membuka sebuah penangkaran madu di Siak, Riau. Gayung bersambut, Novia yang sebelumnya selalu bermasalah dengan kualitas madu, berinisiatif ikut menjadi bagian dari pembudidaya lebah madu.
Dengan cara ini, dia punya kontrol penuh atas kualitas madu yang diproduksi, sehingga pelanggan setia bisa dapat mengonsumsi madu murni.
“Tapi, tetap saya jual dengan harga terjangkau. Karena saya sadar di mana-mana madu murni itu harganya mahal. Akhirnya tahun 2021, berdirilah Madu Dafana ini,” sebutnya.
Novia, tentu saja tidak sendiri. Untuk mengurus penangkaran madunya di Siak, dia dibantu oleh sang suami yang langsung turun tangan, Yusri Harahap. Kebetulan budidaya lebah madu itu dilakukan secara konsorsium bersama dengan rekan-rekan pembudidaya lainnya.
Adapun jenis lebah madu yang dibudidaya adalah Apis Mellifera. Lebah jenis ini memang dikenal untuk keperluan budidaya, yang mana rumah lebah dan koloninya bahkan sudah banyak dijual secara paketan.
Bibit lebah madu jenis Apis Mellifera didatangkan per koloni dari Pulau Jawa dalam bentuk satu paket kotak kayu. Dalam satu box, terdapat sang Ratu Lebah dan lebih kurang 30.000 koloni, terdiri dari delapan hingga sembilan sisir sarang. “Waktu itu harga per kotak masih Rp2 juta,” kata Yusri.
Dipilihnya Kabupaten Siak sebagai lokasi budidaya juga bukan serampangan, sebab hutan akasia di daerah itu tergolong luas. Kebetulan, Yusri tergabung dalam konsorsium budidaya lebah madu di daerah ini, meskipun pembudidaya Apis Mellifera juga banyak tersebar di daerah lain di Riau.
Selain itu, pohon akasia mampu menghasilkan nektar sepanjang tahun. Artinya, pola paling efektif untuk budidaya lebah madu jenis ini, yakni dengan cara mendekat koloni ke sumber pakannya.
Yusri menyebut, budidaya lebah yang ia geluti terikat dalam sebuah kerja sama antara investor dan pengelola dengan sistem bagi hasil. Yusri sebagai investor menitipkan kotak lebah madunya kepada pengelola. Nanti hasil panennya, dibagi dengan besaran 60 persen untuk investor dan 40 persen untuk pengelola.
“Karena yang merawat ratu, memastikan sarang lebah berisi madu hingga tahapan panennya, dilakukan pengelola. Artinya kita nitip kotak, hasilnya dibagi sesuai kesepakatan,” jelas Yusri.
Saat ini, ada 40 kotak koloni lebah madu milik Yusri yang dititip ke pihak pengelola, dengan rata-rata panen madu per kotaknya sekitar 2,5 kilogram setiap tiga minggu sekali.
Dengan 40 kotak koloni lebah itu, Yusri bisa panen sekitar 100 kilogram madu lebah murni. Namun, karena sistemnya adalah hasil, dari total produksi madu itu dia dapat bagian sebesar 60 kilogram.
Jumlah ini, tentu saja jauh dari dari kata cukup, karena rata-rata permintaan pasar madu eceran di yang harus dipenuhi sekitar 150-200 kilogram per bulannya.
“Sisanya diambil dari peternak yang satu kelompok dengan kita. Saling bersinergi lah,” jelasnya.
Menurut Yusri, madu yang dihasilkan dari nektar akasia—secara khasiat—sama seperti madu yang diproduksi dari hutan alam (madu sialang). Namun, keunggulan dari madu lebah ternak Apis Mellifera, kualitasnya lebih terkontrol. Dengan kata lain, para peternak mendapatkan kontrol penuh terhadap asupan nektar lebah yang berasal dari bunga di hutan akasia.
Oleh sebab itu, sebagai penjual madu eceran, Yusri bisa memberikan jaminan kualitas terhadap kemurnian madu, bahkan saat sampai ke tangan pelanggan.
Sebagai perbandingan, madu yang berasal lebah liar di hutan alam, cenderung memiliki bentuk, warna dan rasa yang berubah-ubah. Faktor penyebabnya yakni asupan nektar yang dikonsumsi lebah, berasal dari berbagai jenis bunga pohon yang berbeda-beda.
Sementara customer, cenderung akan membeli madu dengan rasa dan bentuk yang cocok dengan seleranya. “Makanya, madu yang kami produksi itu stabil dan konsisten dengan permintaan pasar. Lagi pula, perputaran waktu panennya lebih cepat untuk jenis Apis Mellifera,” jelas Yusri.
Kembali ke Novia, madu yang sudah dipanen dari penangkaran ini lah, kemudian disuplai ke rumah produksi Madu Dafana, lalu dikemas sesuai dengan kebutuhan, sebelum dilepas ke pasaran.
Usaha madu eceran yang dibangunnya bersama sang Suami, terus berkembang seiring berjalannya waktu. Bahkan, pasar Madu Dafana kian meluas.
Tak cuma di Riau, permintaan tetap justru datang dari Aceh, Medan, Jakarta, Kalimantan, bahkan nyebrang ke negeri Jiran Malaysia, walau jumlahnya masih terbatas karena soal administrasi.
Untuk sementara ini, setidaknya ada tiga jenis ukuran kemasan Madu Dafana yang dilepas ke pasaran, yakni madu ukuran 250 gram, 500 gram dan 1 kilogram, dengan harga yang menyesuaikan. Sedangkan rata-rata omzetnya mencapai Rp10 hingga Rp15 juta per bulan.
“Paling tinggi itu kita jual Rp100 ribu untuk ukuran 1 kilogram. Karena kita ingin konsumen tetap dapat kualitas dengan harga terjangkau. Bahkan ada customer yang bilang ‘kami tak mau minum madu kalau bukan Madu Dafana.’ Alhamdulillah, sekarang yang repeat order itu banyak,” ujar Novia.
“Tapi saya selalu ingatkan ke teman-teman di penangkaran, kalau kita mau terima madu dengan kadar airnya di bawah 22 persen. Supaya kualitas dari madu yang kita jual benar-benar terjaga,” tegasnya.
Usaha Madu Dafana yang digeluti Novia bersama Suami, sejak awal sudah tergabung dalam UMKM binaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Pada Maret 2023 lalu, dia dapat pesan broadcast lewat WhatsApp Group yang berisi informasi tentang pelatihan UMKM yang diampu oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau—rangkaian dari kegiatan Gernas BBI dan BBWI Riau 2023.
Novia melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk mengembangkan usahanya. Terlebih, masa seperti ini belum tentu ada dikemudian hari. Itulah alasan mengapa dirinya mantap untuk mendaftar, dan ikut dalam setiap rangkaian kegiatan pelatihan itu
Menurutnya, pelatihan tersebut lebih mendorong pelaku usaha agar mampu mengembangkan bisnisnya. Dari sini dia belajar banyak bagaimana memanfaatkan ruang digital sebagai sarana pemasaran. Selain itu, juga diajarkan dan dipandu bagaimana mengemas packaging yang menarik.
“Kami diajarkan secara rinci bagaimana cara membuat iklan di sosial media, bagaimana membuat desainnya, diajarkan juga bagaimana mengambil foto dan video kreatif untuk promosi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengembangan bisnis,” katanya.
“Bahkan packaging kita yang sekarang ini sudah tiga kali ganti selama dua tahun ini. Kita juga selalu bertanya ke customer tentang tampilan produk kita. Yang sekarang ini sudah standarnya,” tuturnya.
Dalam perjalannya, Novia mengaku memang tidak mudah untuk meraih prestasi UMKM Champion di Gernas BBI dan BBWI Riau 2023, karena saingannya ada ratusan UMKM—yang secara bertahap terus diseleksi oleh panitia. Namun pada akhirnya, terpilih lima UMKM Champion, yang mana satu di antaranya adalah Madu Dafana.
Sebagai pemilik usaha yang masih sekelas UMKM, Novia dan Yusri berharap bahwa kegiatan Gernas BBI dan BBWI akan terus ada setiap tahunnya. Terlebih pascapandemi Covid-19, para pelaku UMKM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dalam hal perluasan jangkauan pasar.
Menurutnya, helat ini menjadi ajang bahkan peluang bagi UMKM lokal untuk tumbuh berkembang. Apalagi, masih jarang ada kegiatan dalam skala besar yang fokus pada pengembangan dan perluasan pasar produk UMKM lokal.
Gernas BBI dan BBWI Riau 2023, kata Novia, telah membuka ruang luas bagi UMKM untuk memperkenalkan produknya. “Lewat acara seperti ini kami merasa diakui, dan semakin termotivasi untuk terus tumbuh dan berkembang,” ucap Novia.
Untuk diketahui saja, dalam Gernas ini OJK menginisiasi delapan sesi pelatihan sekaligus pendampingan, dengan jumlah peserta mendaftar 635 UMKM yang dilakukan kurasi secara offline dan online.
Khusus 40 UMKM yang telah dikurasi mengikuti pelatihan di sesi kedelapan dan sembilan, yang kemudian dikurasi lagi hingga muncul 15 besar UMKM terbaik. Dari jumlah itu, terpilihnya 5 UMKM Champion dari Provinsi Riau yang mana satu di antaranya Madu Dafana
Dalam catatan OJK Riau, lewat pelatihan serta pendampingan tersebut, berdampak pada penambahan jumlah UMKM yang onboarding pada platform e-Commerce di Provinsi Riau. Per Juli 2023 jumlahnya telah mencapai 3.203.
Pada sisi capaian realisasi pembiayaan kredit, tercatat sampai dengan akhir semester-1 tahun 2023, outstanding pembiayaan kredit pada 69 entitas perbankan di Provinsi Riau tercatat sebesar Rp35,3 triliun, dengan jumlah pembiayaan yang telah disalurkan periode Januari hingga Juli 2023 sebesar Rp6,67 triliun untuk 78.388 debitur.
UMKM Champion Diharapkan Jadi Role Model
Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau, Muhamad Nur, berharap ke depannya UMKM Champion terus tumbuh dan menjadi role model (percontohan) bagi UMKM lain, terutama untuk menularkan semangat bangkit kepada pelaku usaha pemula.
Dia mengungkapkan, UMKM Champion diharapkan bisa menjadi mitra dan terlibat dalam kegiatan pembinaan terhadap UMKM kelas bawah.
“Mereka bisa memberikan storytelling, bercerita bagaimana susahnya membangun usaha sampai bisa di titik ini, apa saja hambatan dan tantangannya. Sehingga UMKM Champion bisa jadi mentor untuk yang lain,” harapnya.
Menurut penilaian Nur, secara umum, kelemahan UMKM lokal terletak pada mental untuk menjadi besar. Oleh sebab itu, perlu kiranya untuk terus diberi motivasi dan keyakinan yang kuat.
“Karena untuk menjadi besar itu, harus siap dulu mentalnya, dan jangan pernah berhenti berinovasi dan berkreatifitas. Kalau desainer misalnya, berhenti berkreatifitas, apa yang mau dibuat. Itu yang harus dibimbing terus,” ucapnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Riau, M Lutfi, punya beberapa catatan penting, terutama bagi pelaku usaha yang berhasil menyabet gelar UMKM Champion dalam Gernas BBI dan BBWI Riau 2023.
Lutfi mengingatkan bahwa helat akbar ini bukan sebuah akhir, melainkan awal bagi UMKM Riau untuk bangkit dan terus berkembang.
“Dorongan kami, setelah ini mereka harus memperkuat dari sisi kemitraannya, sehingga usaha mereka bisa terus berkembang ke nasional bahkan internasional dan itu sangat mungkin untuk digapai,” tuturnya.
Adapun, salah satu faktor penunjang—terutama yang sudah berhasil meraih UMKM Champion— untuk bisa berkembang, yakni dengan penguatan dari aspek finansial.
OJK Riau, kata Lutfi telah mendorong industri jasa keuangan agar bisa mengambil peran. “Makanya saat pelatihan itu kami juga melakukan business matching,” sambung Lutfi.
Di sisi lain, dia juga meminta kepada pelaku usaha kecil yang belum berhasil meraih champion untuk tidak berkecil hati, dan menjadikan lima UMKM Champion sebagai motivasi untuk bisa berkembang.
“Teruslah berjuang dan melakukan inovasi dan berkreasi dengan produk-produknya agar cepat naik kelas,” sebutnya.
Transaksi UMKM Lampaui Target
Gernas BBI dan BBWI Riau 2023, merupakan adalah wadah untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk UMKM dan memperkenalkan sektor pariwisata di lokal ke tarap yang lebih luas.
“Ini sebuah kebanggan bagi kami, karena Riau terpilih sebagai salah satu tuan rumah BBI-BBWI dari sembilan provinsi lainnya,” kata Gubernur Riau Syamsuar.
Kata dia, Pemprov Riau mencatat sepanjang Januari-Juli 2023 sektor UMKM Riau melalui biro pengadaan barang dan jasa mampu meraup pendapatan sebanyak Rp47 miliar.
Sementara melalui Gernas BBI dan BBWI ini, mampu meraup pendapatan sebesar Rp18 miliar. Jumlah ini tentu saja melampaui target transaksi yang ditetapkan pemerintah pusat sebesar Rp50 miliar
Syamsuar meyakini, jumlah transaksi itu akan terus meningkat mengingat masih ada berbagai event pariwisata yang akan terselenggara, seperti pacu jalur di Kabupaten Kuantan Singingi dan festival ekonomi kreatif di Bengkalis.
“Melalui harvesting Gernas BBI-BBWI Riau 2023, mari berkolaborasi untuk meningkatkan sektor UMKM dan pariwisata dengan mengangkat kearifan lokal dan kekayaan daerah,” ucapnya.
Jangan Berhenti Setelah Harvesting Gernas BBI dan BBW
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, meminta kepada semua pihak agar menjadikan Gernas BBI dan BBWI, sebagai pijakan awal dalam upaya pengembangan UMKM lokal.
Berbabagai program pembiayaan, pelatihan, pendampingan, pemasaran dan pameran produk UMKM hendaknya dapat dilakukan secara berkelanjutan dan diperluas.
“Gernas BBI-BBWI yang semula untuk penguatan kondisi perekonomian karena pandemi Covid-19, sekarang justru jadi penentu untuk pengembangan UMKM di kawasan sekitar. Gernas ini menjadi salah satu penentu ekonomi Indonesia dalam memacu pertumbuhan ekonomi di daerah untuk terus bertumbuh,” kata Mahendra.
Hal Sama juga turut disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung. Melalui tayangan virtual di Harvesting Gernas BBI dan BBWI Riau 2023, dia menekankan setidaknya ada tiga poin penting yang harus dilakukan setelah kegiatan ini.
Pertama, kata Juda Agung, penting untuk terus melanjutkan afirmasi keberpihakan kepada produk dan wisata dalam negeri.
Seperti yang dilakukan BI, yakni berbagai aktivitas pengembangan UMKM di antaranya kurasi dan onboarding, hingga pelatihan penggunaan SIAPIK untuk UMKM.
Kedua, pentingnya perluasan akses pasar melalui promosi perdagangan dan bisnis maching.
“Alhamdulillah, rekan-rekan BI Riau melaporkan bahwa produk UMKM Riau menunjukkan capaian yang sangat membanggakan bagi nasional maupun internasional, melalui kerjasama berbagai negara seperti Malaysia, Singapura dan Australia,” tuturnya.
Dia menambahkan, salah satu hasil rekam BI bersama UMKM Riau, adalah penjualan produk dan kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai Rp5,55 miliar terhadap produk unggulan UMKM Riau.
Adapun poin Ketiga, dijelaskan Juda, bagaimana bisa terus mendorong UMKM untuk bisa naik kelas, baik melalui penguatan kelembagaan dan perluasan kemitraan, peningkatan kapasitas melalui bantuan teknis, pelatihan, serta peningkatan akses pembiayaan dengan didukung oleh program digitalisasi.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mendorong kepada semua stakeholder di Riau untuk terus berpikir keras, bagaimana produk lokal UMKM Riau terus bisa terangkat, terutama pascaharvesting Gernas BBI dan BBWI Riau 2023.
Menurutnya, kunci paling utama yang perlu dipertahankan, yakni bagaimana gerakan ini terus meninggalkan jejak positif terhadap produk-produk dan sektor wisata lokal.
Dia turut mendorong agar OJK, BI dan Pemprov Riau untuk terus melakukan pembinaan kepada seluruh UMKM Riau, terutama dalam hal meningkatkan daya saing produk serta membuka ruang pasar yang lebih besar.
Bahkan jika perlu, Pemprov dan Pemda jangan ragu untuk menggandeng sektor-sektor swasta agar bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian daerah.
“Saya berharap jangan sampai hanya habis di sini. Gandeng perusahaan swasta untuk berkontribusi di daerah,” sambungnya.***