BERTUAHPOS.COM — Perpustakaan Kotak Baca gelar pameran seni. Temanya “Di Mana Rumahku”. Isu yang diangkat cukup unik, mengekplorasi tentang broken home atau keluarga tak utuh. Pameran ini sudah dimulai sejak 27 Oktober hingga 27 November 2024. Lokasinya berada di kawasan Pasar Bawah, Pekanbaru.
Pameran ini bukan sebatas mengangkat isu sosial. Tapi menjadi wadah untuk bercerita, berbagi pengalaman dan saling memotivasi.
“Kami ingin menciptakan ruang refleksi bagi semua orang, terutama mereka yang mungkin sedang berjuang dengan dinamika keluarga mereka,” ujar Dea Gita Ningsih, pemilik Perpustakaan Kotak Baca.
Sejumlah karya seni besutan seniman lokal, Tasya Shafira dan Jefri Rahmat, dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, ditampilkan dalam pameran ini. Adapun karyanya berupa instalasi seni, dan karya campuran (mix media).
Setiap karya menghadirkan perjalanan emosional individu yang tumbuh di tengah keluarga tidak utuh, mulai dari perasaan kehilangan, trauma, hingga kekuatan dalam menemukan kembali makna rumah dan keluarga.
Kata Dea, Pasar Bawah dipilih sebagai lokasi pameran karena dianggap sebagai simbol keberagaman dan kehidupan masyarakat Pekanbaru. Lokasi ini sangat familiar. Kotak Baca berharap pesan seni yang diusung dapat lebih mudah diakses dan diterima oleh berbagai kalangan masyarakat.
Selain menampilkan karya seni, pameran ini juga mengadakan beragam kegiatan interaktif, seperti Diskusi Pengkarya: Lebih Dekat dengan Pameris, pada 2 November 2024. Workshop Seni: Ekspresi Diri Melalui Seni pada 10 November 2024. Bercerita dengan Psikolog: Menghadirkan dosen Psikologi UIN Suska Riau pada 17 November 2024, serta Pertunjukan Musik Akustik: Menyuarakan perasaan melalui nada, sebagai respon terhadap tema pameran “Dimana Rumahku”, pada 23 November 2024.
Pameran ini terbuka untuk umum. Selain menikmati karya seni, pengunjung dapat bersantai dan menikmati kopi dari Uncommon Coffee yang disediakan di lokasi. “Dengan konsep ini, Kotak Baca ingin menjadikan seni sebagai medium inklusif untuk menyalurkan berbagai cerita dan pengalaman hidup,” tutur Dea.***