BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU– Selasa 1 Februari 2022, Belum habis masalah Covid-19 varian Delta hingga Omicron, kini muncul lagi NeoCov. Virus varian baru ini Neoromicia Capensis atau NeoCov ditemukan pada kelelawar Afrika Selatan (Afsel).
Dilansir dari cnbcindonesia.com, para ilmuwan di Wuhan, China menyebut NeoCov memiliki sifat mudah menular hingga berisiko menimbulkan kematian bagi orang yang terinfeksi. Dalam laporan yang terbit dalam jurnal BioRxiv, peneliti dari Universitas Wuhan dan Institut Biofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China menyebut virus NeoCov bukanlah varian baru virus corona atau COvid-19.
Virus NeoCov disebut berhubungan dengan wabah MERS-CoV pada tahun 2012 dan 2015. Ini juga dilaporkan mirip dengan SARS-CoV-2 atau virus corona.
MERS-CoV adalah virus yang menular ke manusia dari unta dromedari (Arab) yang terinfeksi. Virus ini bersifat zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia, serta bisa ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.
“MERS-CoV telah diidentifikasi pada dromedari di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan,” sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari Independent, Minggu 30 Januari 2022.
WHO menyebut 35 persen pasien yang terinfeksi MERS-CoV sudah meninggal dunia. “Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus sejak 2012, menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait,” ujar WHO.
NeoCov Masih Butuh Riset Lanjutan
Hanya saja WHO menegaskan bahwa virus NeoCov ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Tetapi ilmuwan berbasis di Wuhan memperingatkan virus NeoCoV bisa menyebabkan masalah jika ditransfer dari kelelawar ke manusia.
Virus corona khusus ini sepertinya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang dilatih untuk menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, atau MERS-Cov. Walau NeoCov menunjukkan ada potensi ancaman menginfeksi manusia, namun tidak ada bukti sejauh ini atau tidak ada indikasi seberapa menular atau fatalnya.
“Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas,” sebut Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick, mengatakan kepada The Independent.
“(Studi) awal menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien. Apa yang disoroti ini, bagaimanapun, adalah perlunya waspada tentang penyebaran infeksi virus corona dari hewan (terutama kelelawar) ke manusia. Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan,” ujar Profesor Lawrence Young.
Hingga saat ini ilmuwan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai virus NeoCov tersebut. (bpc4/cnbcindonesia)