BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Usaha pengumpulan minyak jelantah yang digeluti oleh Karang Taruna Kelurahan Umban Sari, Rumbai, Pekanbaru, ternyata cukup menjanjikan pundi-pundi cuan. Mereka memberi nama usaha ini Bank Jatah.
“Bank Jatah ini bukan sekedar untuk mendapatkan profit, tapi ada edukasi kepada masyarakat yang ingin kita sampaikan. Misal, bagaimana minyak jelantah atau minyak goreng sisa ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan maupun kesehatan,” kata Direktur Operasional Bank Jatah Sukiswanto saat berbincang dengan Bertuahpos.com, pada 2 Oktober 2022.
Dia mengungkapkan, para pemuda setempat yang tergabung dalam Karang Taruna Umban Sari, punya kesadaran untuk berkembang. Setelah melalui diskusi panjang, tercetuslah usaha Bank Jatah. “Awalnya kita pengen usaha, tapi juga bermanfaat buat masyarakat,” ungkapnya.
Saat ini mereka sudah punya gudang untuk menampung hasil jual beli minyak jelantah. Lokasinya di Jalan Umban Sari Atas, Perumahan Villa Padma Nomor D 17, Rumbai, Pekanbaru. Usaha ini sudah dirintis pada 28 agustus 2021 lalu.
Perlahan, kata Sukiswanto, usaha ini memiliki peluang yang besar. Dari awalnya mereka hanya buka di sekitar Rumbai, kini sudah merambah pada skala provinsi.
“Awalnya kami membuka area Rumbai. Dilihat peluang Pekanbaru makin luas, dibuka peluang skala Riau, jauh lebih luas, akhirnya kami buka se-Riau,” tuturnya.
“…dan kita pun memberikan peluang bagi setiap orang yang ingin bergabung membuka bisnis ini dengan sistem bagi hasil. Ini jadi peluang bisnis setiap orang, jadi tidak menutup kemungkinan bapak pekerja, ibu rumah tangga, mahasiswa , pelajar pun,” tambahnya
Selain itu, Bank Jatah memiliki 3 program yaitu:
- Tabungan Jelantah Syariah,
- Jual Beli Jelantah, dan,
- Sedekah Wakaf Jelantah.
“Kami jalan memperkenalkan diri, sosialisasi dari rumah ke rumah, majelis taklim dan perkumpulan lainnya. Rutin setiap minggu,” sambungnya.
Direktur Utama Bank Jantah Habibi menjelaskan, layaknya sebuah bank, namun yang ditabuh bukan uang, melainkan minyak jelantah sisa penggorengan. Bank jatah membeli minyak jelantah dari masyarakat dengan harga Rp8.000 per kilogramnya.
Untuk nasabah yang menjual minyak di bawah 10 kilogram akan disarankan di tabung terlebih dahulu, jika di atas 10 kilogram bisa melakukan transaksi cash.
Tak hanya itu, Habibi mengungkapkan, mereka juga bekerjasama dengan koperasi syariah Koptismu, untuk mengelola tabungan masyarakat termasuk memberikan simpan pinjam bagi nasabah yang rajin menabung.
Alasan mengapa menggeluti bisnis minyak jelantah, menurut Habibi, selain memiliki value tersendiri, bahan baku juga mudah didapat, dan proses pengumpulannya juga tidak sulit.
“Setiap masyarakat memiliki minyak jelantah, orang indonesia suka menggoreng, dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Pokoknya jelantah bekas penggorengan tidak tercampur dengan air dan sampah ampas, kami terima” ujarnya.
“Minimal 20-50 kilogram dalam sehari terkumpul, kalau sebulan mencapai 3 ton. Itu dari rumah tangga, hotel, pedagang ayam penyet, cafe, dari berbagai kalangan lah. Biasanya yang menabung masyarakat, kalau hotel itu jual beli langsung,” tambahnya.
Minyak jelantah yang dikumpulkan kemudian akan diekspor untuk bahan baku pembuatan biodiesel. Habibi dan Sukiswanto berharap usaha ini akan terus berkembang, dan terus bisa mengedukasi masyarakat. “Kami juga berharap kedepannya Bank Jatah memiliki pabrik untuk memproduksi biodiesel sendiri,” kata Habibi.***[Ayu]