BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Ketimpangan antara literasi dan inklusi keuangan masyarakat di Provinsi Riau menjadi salah satu celah masuknya investasi bodong.
Kasubag Edukasi dan Perlindungan Konsumen di OJK Riau Erwin Setidi mengungkapkan, inklusi keuangan masyarakat yang tidak diimbangi dengan literasi, tentulah menjadi sasaran empuk.
Peluang ini sangat mungkin dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk meraup keuntungan dengan cara ilegal dari masyarakat.
Menurut catatan OJK Riau, hingga 2019 angka literasi keuangan di Riau hanya 43,19%, sedangkan untuk inklusi keuangan di angka 86,39%. “Di sini ada gap yang sangat besar,” ungkapnya dalam sebuah kegiatan literasi keuangan beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan, perbedaan angka literasi dan inklusi keuangan di Riau menunjukkan pemahaman masyarakat terhadap industri jasa keuangan masih sangat rendah.
Sedangkan jumlah mereka yang menggunakan produk industri jasa keuangan sudah sangat tinggi.
“…gap ini yang mungkin bisa dimanfaatkan (oknum tertentu) untuk menjalankan aksi penipuan, pembobolan rekening, hingga investasi bodong,” tambahnya.
Contoh sederhana, Erwin menjelas, jika dilakukan survei mendadak tentang untuk tingkat kerahasiaan pin ATM, hanya sedikit yang tahu.
Secara umum masyarakat menganggap bahwa pin ATM masih boleh diketahui oleh orang terdekat, seperti orang tua, suami dan istri. Padahal, pin ATM hanya boleh diketahui oleh individu atau pemilik rekening saja.
“Ini lah yang menjadi celah terjadinya investasi bodong. Saat ini banyak sekali kasus investasi bodong, salah satu penyebabnya memang tingkat literasi keuangan kita yang masih sangat rendah,” tuturnya.***