BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Disiplin dan komitmen pada keputusan. Inilah prinsip hidup yang dijalani Yulihasman Djamas yang awalnya hanya sebagai staf kini menjadi Deputi Bisnis Pegadaian Wilayah Riau. Membawahi ratusan outlet Pegadaian dan karyawan.
Sebenarnya Djamas, yang pernah bercita-cita menjadi seorang insinyur ini, tak pernah menyangka berada diposisinya saat ini. Pria asal Sumatera Barat (Sumbar) ini dulunya saat memasuki berkuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas dan hanya ingin jadi PNS.
“Dulunya cita-cita saya menjadi PNS, dan sorenya sampingan menjadi pengusaha kecil-kecilan,†sebutnya tersenyum saat dijumpai bertuahpos.com, diruang kerjanya belum lama ini.
Lalu lepas kuliah dirinya alihkan cita-cita untuk jadi pengusaha. Hal itu ditambah sejak kuliah dirinya sempat merintis usaha bangunan bersama saudara di Kota Padang. “Setelah tamat kuliah, cara pandang saya berubah. Tentunya kalau usaha keluarga kita tidak bebas mengelolanya,†sebutnya.
Lalu pada akhir 1989, dirinya merantau ke Jakarta. Ada juga saudara yang tinggal tinggal di ibu kota tersebut. “Kemudian saya mencoba mengadu nasib, memasukkan lamaran pekerjaan dibanyak tempat. Saya mulai dari tenaga sales man pernah,†kisahnya.
Sekitar 1991, dirinya diterima bekerja pada Balai Diklat, Departemen Perindustrian waktu itu di Jakarta. Namun latarbelakang dan minat bergelut di bisnis, membuat Djamas tak konsentrasi bekerja. “Di sana tidak sesuai dengan ilmu bisnis waktu kuliah, itu yang membuat saya pemikirannya tidak fokus,†tuturnya.
Hingga akhirnya seorang kakaknya, memberikan informasi ada lowongan di Pegadaian. Kontan saja Djamas bersemangat dan memasukkan lamaran dan menjalani tes lalu diterima. “Alhamdulillah lulus. Saya ditempatkan di kantor pusat, sebagai staf di direktorat anggaran permodalan. Waktu itu masih sebagai calon pegawai, atau magang,†katanya.
Walau tak langsung dapat posisi strategis, Djamas tak putus asa. Nilai kedisiplinan dan berpegang pada prinsip yang diajarkan orangtua yang sebagai seorang guru membekas dihatinya. Djamas muda dengan gigih terus menunjukkan minat dan perkembangan dalam bertugas. Hingga akhirnya pada tahun 1992 diangkat sebagai pegawai lalu dipromosikan jadi asisten manager keuangan di kantor perwakilan daerah Balikpapan.
Djamas kemudian berpindah pindah, dengan posisi yang berbeda. Seperti manager keuangan Kanwil padang dan manager anggaran dan investasi di Pegadaian Jakarta pernah dirasai. Hingga akhirnya pada awal Juni 2014, dirinya ditunjuk sebagai Deputi BIsnis wilayah Riau. “Itulah perjalanan karir saya berpindah pindah. Tetapi saya menikmatinya tidak beban. Kalau dipikir, untuk melakukan perjalanan seperti saya pasti butuh banyak biaya. Tetapi saya bisa mewujudkannya, tanpa harus menge;luarkan duit pribadi,†tuturnya.
Baginya dalam upaya menuju sukses hanya ada dua hal yang mesti dipegang pertama disiplin, kemudian rasa tanggung jawab. “Bertanggungjawab dengan apa yang menjadi pilihan kita. Karena ini menjadi pilihan kita, mau tidak mau harus punya loyalitas dan kecintaan yang total,†sebutnya.
Hal itu pula yang membuat dirinya betah berkecimpung di dalam Pegadaian hingga hampir 15 tahun.
“Prinsip itu yang saya pegang. Makanya saya betah tidak ada kepikiran hijrah,†tuturnya.
Dirinya mendapat pelajaran berharga tersebut dari sosok ayahnya yang merupakan seorang guru, degan disiplin. Lalu ibu yang mengajarkan arti kejujuran dan amanah. “Walau ibu rumah tangga, dengan delapan anak. Alhamdulillah kami ada dua orang professor, empat doktor, S2 enam,†bangganya.
***
Membawahi banyak pegawai, bagi Djamas bukanlah beban. Dirinya menjalani dengan baik melalui seni memimpin. Pertama dalam meminmpin organisasi bisnis kata Djamas harus jelas visi yang mau dicapai.
Yang kedua harus tetapkan sasaran yang mau dicapai. Kemudian diformulasikan dalam bentuk strategi dan terakhir program kerja. “Dan itu harus dikomunikasikan sampai anggota yang paling bawah. Kalau bicara visi tapi tidak tahu sasarannya sama dengan omong kosong,†sebutnya.
Bagi Djamas memimpin institusi bisnis, memang akan menghadapi latar belakang pendidikan, budaya, yang berbeda. Namun kunci utama dari semua itu yakni komunikasi. “Kita harus sampaikan empat tadi dan kita harus diskusikan rutin. Seperti saya, setiap minggu mitting dengan seluruh level asisten dan pimpinan cabang. Lakukan evaluasi, yang baik kita apresiasi dan yang belum sesuai harapan dimotivasi. Didiskusikan apa yang menjadi kendala, samakan persepsi.
“Bagi saya memimpin itu seni. Jangan dibebani dengan yang berat, yang terpenting jangan sampai hilang fokus. Kinerja tetap disiplin dan komitmen itu kunci sukses,†pesannya. (Riki)