BERTUAHPOS.COM – Mengapa kita perlu mengenal diri kita sendiri? Pertanyaan ini datang dari seorang praktisi hipnoterapi, Helda, SPd, C, dalam sebuah seminar di Perpustakaan Soeman HS, Pekanbaru pada, 28 Januari 2023.
“Tujuan akhirnya agar kita mencintai diri sendiri,” katanya.
Helda, boleh dikatakan seorang penyintas—berjuang dan bangkit dari beratnya beban kehidupan yang ditanggungnya di masa lalu.
Ia pernah dihadapkan pada rasa putus asa, hingga menanggung beban “Betapa tak berharganya diri ini”. Dalam kasus ini, kata dia, hipnoterapi telah mengubah semua itu—memberikan kehidupan yang jauh lebih baik.
“Berkat terapi yang benar, semua itu berlalu. Saya akhirnya bangkit dan tampil di sini,” tuturnya.
Dulunya, Helda boleh dikatakan seorang introvert. Hari-harinya dilalui dengan menutup diri dari keadaan luar. “Lebih banyak mengurung diri.”
Dia berkata, “Hari ini adalah kali pertama saya tampil di depan Anda semua untuk memberikan apa yang sudah saya alami selama ini,” jelasnya.
Jika Anda adalah seorang Ayah, Ibu, atau anak, Anda sudah harus menyadari bahwa komunikasi merupakan hal paling menentukan dalam hidup Anda.
Komunikasi bukan cuma sebatas seni dalam retorika, mentransfer informasi kepada komunikasi (lawan bicara) secara efektif dan efisien, tapi lebih dari itu.
Konsep Mesin Kecerdasan Manusia
Menurut Ma’’am Lexie dari Yayasan The Real Heal, memahami karakter lawan bicara sangat menentukan efektif atau tidaknya informasi yang disampaikan. “Salah satu kuncinya di STIFIn,” katanya. Pernahkan kita tahu bagaimana mengidentifikasi mesin kecerdasan manusia?
STIFIn adalah sebuah konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi mesin kecerdasan manusia berdasarkan sistem operasi otak yang dominan dan diketahui hanya dengan pemindai sidik jari kita.
Mengetahui mesin kecerdasan seseorang—entah itu diri sendiri, pasangan ataupun anak-anak—maka kita akan dapat berkomunikasi dengan lebih efisien.
“Informasi yang kita sampaikan akan lebih mudah untuk diterima dan dimengerti oleh lawan bicara kita,” terangnya.
Menurut Ma’’am komunikasi seringkali menjadi akar masalah dalam rumah tangga. Mis atau disinformasi membuat lawan bicara tak memahami maksud dari pesan, output-nya adalah prasangka yang buruk. Muncilah pertengkaran. Ini bisa terjadi kepada pasangan, atau kepada anak-anak.
“Hal ini karena setiap dari kita (individu) memiliki mesin kecerdasan yang berbeda-beda,” terangnya. Hal seperti ini bahkan juga terjadi di sekolah, ketika seorang guru tak memahami mesin kecerdasan muridnya.
Dokter Era Ibrahim, pernah punya pengalaman mengenai hal ini. Dia kesulitan menghadapi anaknya—yang seorang berkebutuhan khusus. Maka, tes mesin kecerdasan menjadi solusi.
“Setelah dilakukan tes, maka gurunya di sekolah memberikan perlakukan khusus agar lebih mudah untuk menerima pelajaran di sekolah,” tuturnya.
“Bahkan, ketika anak saya masuk SD, gurunya ikut pindah agar si anak bisa melanjutkan pendidikannya,” jelasnya. Anda bisa bayangkan bagaimana masalah ini bisa diatasi jika konsep ini diterapkan dan berkolaborasi dengan dunia pendidikan.
Seminar ini mengangkat tema: Memahamiku, Memahamimu; Membesarkan dan Mendidik Anak Bahagia, Sehat dan Gemilang. Sekitar 70 peserta ikut dalam seminar ini. Mereka adalah para ibu rumah tangga, calon ayah dan ibu, para guru dan mahasiswa.***