BERTUAHPOS.COM — ASITA Riau menganggap travel fair bisa jadi solusi bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata, namun tetap diakomodir dengan harga tiket pesawat murah.
Travel fair merupakan sebuah ajang promosi yang melibatkan travel agent, maskapai, hotel dan pihak terkait lainnya untuk mempromosikan sebuah produk perjalanan. Pengunjung dapat menemukan paket perjalanan untuk wisata mereka dengan harga yang lebih terjangkau.
Ketua ASITA Riau, Dede Firmansyah, mengatakan penting adanya perencanaan matang dalam memanfaatkan momen liburan, seperti Nataru 2024/2025, atau libur lebaran Idul Fitri 2025 mendatang.
“Travel fair itu menjadi penting terutama untuk menekan harga tiket pesawat yang sering melonjak pada masa puncak. Pemerintah bersama maskapai penerbangan perlu menyelenggarakan travel fair sebagai solusinya,” katanya kepada Bertuahpos.com, Rabu, 4 Desember 2024.
Dede menjelaskan, travel fair yang diadakan jauh hari sebelum masa liburan dapat membantu masyarakat merencanakan perjalanan dengan lebih baik.
Misalnya, jika lebaran jatuh di April 2025, travel fair bisa diselenggarakan pada Februari. Dengan begitu, kebutuhan jumlah kursi penumpang dapat diprediksi lebih awal, dan maskapai bisa memberikan diskon terhadap tiket pesawat.
Menurutnya, perencanaan jangka panjang seperti ini akan menguntungkan semua pihak, baik masyarakat maupun agen perjalanan (travel agent).
“Penurunan harga tiket tentu berdampak positif bagi agen perjalanan. Tapi, ini juga butuh dukungan pemerintah untuk mengakomodasi maskapai agar berpartisipasi dalam travel fair,” tambah Dede.
Selain itu, Dede juga menyoroti kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung merencanakan liburan secara mendadak. Hal ini sering kali membuat harga tiket pesawat melambung tinggi, terutama saat liburan sekolah atau hari besar keagamaan.
Dede berharap ada kebijakan yang mendukung penyelenggaraan liburan yang lebih panjang, seperti meliburkan sekolah selama bulan Ramadan.
“Kalau misalnya pemerintah meliburkan sekolah sebulan penuh selama Ramadan, masyarakat bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk membeli tiket jauh-jauh hari. Harga tiket pun akan lebih murah,” ujarnya.
Dia mencontohkan, jika kebijakan ini diterapkan, maka masyarakat sudah bisa memesan tiket pada akhir Februari untuk perjalanan selama Ramadan. Dengan demikian, permintaan tiket akan lebih terdistribusi secara merata, menghindari lonjakan harga mendekati hari libur.
Menurutnya, pentingnya koordinasi antara pemerintah, maskapai, dan pelaku industri perjalanan untuk mewujudkan hal ini. “Semua pihak harus berkolaborasi agar liburan tidak hanya menjadi momen yang mahal, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat luas,” tegasnya.
Travel fair, menurut Dede, juga dapat menjadi ajang promosi pariwisata domestik yang efektif. Selain membantu masyarakat mendapatkan tiket dengan harga terjangkau, kegiatan ini juga dapat mendorong kunjungan wisata ke berbagai destinasi di Indonesia, termasuk Riau.
Riau memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata, sehingga penyelenggaraan travel fair dapat memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata lokal. “Jika perencanaan ini dilakukan secara konsisten, kita bisa mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui sektor pariwisata,” jelasnya.
Dede berharap, khususnya Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pariwisata, dapat mengakomodasi usulan ini untuk menciptakan ekosistem perjalanan yang lebih terencana dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.***