Riau Dapat Jatah Rp270 M untuk Replanting Sawit
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Riau dapat jatah sebanyak Rp270 miliar untuk peremajaan atau replanting kebun sawit rakyat. Dana ini tidak lain merupakan hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit atau BPD-PKS.
Tahun 2020, sebanyak 24 hektare lahan sawit masyarakat di Riau akan didanai untuk replanting. Per hektare dana yang dikucurkan sebesar Rp30 juta, dan maksimal bisa dibantu 4 hekter kebun sawit untuk setiap kepala keluarga.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Zulfadli mengatakan, Riau merupakan provinsi terluas yang mendapat hibah untuk kehutanan peremajaan kebun sawit rakyat. “Ini dana hibah dan langsung diberikan kepada petani sawit di Riau,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, Pemprov Riau diminta untuk melakukan verifikasi dan pengawasan kegiatan, agar betul-betul penyaluran dana ini tepat sasaran. Dia juga meyakni bahwa bantuan hibah itu mempu mengurangi beban petani sawit di Riau yang kini cukup dipusingkan dengan wabah corona.
“Kami juga meyakini, setidaknya dengan bantuan ini sedikit akan mengatasi masalah pengangguran, sebab orang-orang punya pekerjaan, setidaknya selama masa peremajaan,” jelasnya.
Untuk diketahui, BPD-PKS adalah sebuah lembaga pengimpun dana dari kegiatan ekspor bahan baku sawit yang dilakukan oleh setiap perusahaan perkebunan dan pengolahan komoditi ini.
Riau Andalkan Sawit Sebagai Penopang Ekonomi Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Riau, sebelumnya telah merancang bahwa fokus pembangunan daerah pada tahun depan, lebih kepada pemulihan kondisi ekonomi, setelah cukup digerus oleh wabah COVID-19.
Perkebunan kelapa sawit masuk sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan, selain pariwisata dan beberapa sektor lainnya. Sumbangan sawit terhadap devisa negara selama ini juga cukup tinggi. Di Riau, sawit menempati posisi kedua setelah Migas dalam andil pertumbuhan ekonomi daerah.
Dinas Perkebunan Provinsi Riau mengakui bahwa sektor kelapa sawit di daerah ini masih perlu dibenahi tata kelolanya, terutama kebun-kebun sawit yang dikelola sendiri oleh masyarakat.
Pada awal wabah COVID-19 melanda China dan India, harga sawit di Riau masih tergolong stabil. Selain sangat dibutuhkan oleh pasar ekspor, pasar domestik hingga kini masih bertahan menyerap 30% CPO untuk kebutuhan B30.
Saat menjelang pemulihan situasi, China dan India kembali bergairah terhadap impor CPO dari Indonesia. Selain itu, kenaikan harga Ringgit Malaysia beberapa waktu belakangan membuat harga jual dari negara itu menjadi tinggi, sehingga beberapa negara langgaran melirik CPO Tanah Air untuk kebutuhan industri di negara-negara itu.
“Kami sedikit lega karena selama COVID-19 komoditi perkebunan memperlihatkan harga jual yang relatif stabil, baik itu sawit, karet kelapa maupun komoditi lainya,” kata Zulfadli. “Kondisi ini sangat membantu petani menghadapi kondisi ekonomi yang lesu dan sulit pada beberapa bulan terakhir.”
(bpc2)