BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Usia Cahaya Anggun May Shira baru 11 tahun. Usia yang masih terlalu belia untuk merasakan kegelapan tersebab matanya didiagnosis Steven Jhonsos Syndrome atau kerusakan pada mata, begitu hasil analisa dokter yang menanganinya.
Dia berdomisili di Jalan Hang Jebat, Sail, Pekanbaru. Ayahnya bernama Sugeng, bekerja sebagai OB honorer dengan gaji jauh dari kata cukup.
“Dia gadis kecil pejuang. Perempuan kuat yang dengan sepenuh hatinya melawan penyakit agar matanya tetap bisa melihat cahaya terang,” kata Ayu Rahma, seorang relawan yang kini tengah berupaya mencarikan dana untuk pengobatan Cahaya Anggun.
Cahaya adalah salah satu korban yang terdampak asap saat Karhutla Riau. Dia demam selama tiga hari akibat terpapar asap dan dilarikan ke rumah sakit.
Dari cerita Ayu, dokter mengira Cahaya terserang rubela. Dia kemudian diisolasi di ruang ICU. Satu bulan lamanya. Bukan membaik, kondisi kesehatannya kian mengkhawatirkan. “Seluruh kulitnya memerah seperti terbakar,” cerita Ayu.
Perawatan tetap berlanjut sampai kondisi kulitnya pulih, namun kondisi matanya lebih mengkhawatirkan. bahkan kornea matanya seperti akan keluar dari kelopak matanya yang mungil.
Derita Cahaya Anggun makin bertambah karena kian diperburuk dengan penyempitan saluran tenggorokan, TBC paru. “Untuk menikmati manisnya susu saja, harus alirkan pakai selang ke dalam tubuhnya.
“Kerusakan pada mata pasien disebabkan kondisi steven jhonsos syndrome,” kata petugas pendamping dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau Ade Asmara.
Dalam keterangannya dijelaskan, tanggal 26 Juni 2021, Cahaya berangkat kembali untuk kedua kalinya RSCM Jakarta, untuk melanjutkan pengobatan tahap pertama.
Pada 7 Juli 2020 dia kontrol ke poli mata yang ditangani oleh dr Wawan E SpM (K). “Dokter menganjurkan segera mendapatkan donor kornea mata dan membuat surat permohonan ke Bank Mata Indonesia, agar bisa dilakukan tindakan operasi kornea mata,” cerita Ade.
Di 8 juli 2020 Cahaya mendatangi bank mata. Pihak dr Bank Mata memberikan dua pilihan kornea mata yaitu kornea philipina atau kornea lokal. Pihak Bank Mata menyarankan untuk anak-anak sebaiknya menggunakan kornea mata philipina.
Tanggal 11 Desember 2020, mata Cahaya dilakukan operasi pemasangan kornea mata. Lalu, dilanjutkan dengan kontrol pada 1 Februari 2021. Dokter mengatakan kornea matanya tidak bisa dipertahankan — kerusakan mata — sudah mulai mengeruh dan bolong.
Dalam riwayat diagnosa medis, kata Ade, dokter menyarankan harus dilakukan tindakan operasi kornea mata kembali. Tetapi sebelum itu, perlu dilakukan penambahan kulit di sekitar mata yang diambil dari kulit paha pasien.
Pada 9 Februari 2021 Cahaya kembali masuk bilik operasi untuk tindakan penambalan kornea mata. Mendadak suhu tubuhnya meninggi. “Operasi pun dibatalkan,” terang Ade Asmara.
Diagnosa lainnya, Cahaya juga mengalami kelainan penyempitan saluran cerna sehingga membuatnya tidak bisa makan melalui mulut. Dokter sudah melakukan tindakan endoscopy sebanyak tiga kali.
Di tanggal 22 Februari, Senin kemarin, dia direncanakan masuk rawat inap untuk dilakukan endoscopy keempat kalinya dan dilatasi saluran cerna. Sedangkan untuk penambalan kornea dalam proses penjadwalan ulang. “Pasien akan segera dilakukan cangkok kornea mata ulang,” tuturnya.
“Kami yakin masih banyak orang-orang baik di Riau, khususnya di Pekanbaru yang bermurah hati agar Cahaya Anggun bisa kembali melihat dunia, di tengah kondisinya yang saat ini dalam keadaan meraba,” ungkap Soraya Nadila, yang juga relawan untuk Cahaya Anggun May Shira.
“Kami menyadari saat ini Cahaya Anggun sedang ‘berteriak sendiri’. Ayah ibunya sedang berduka,” ungkapnya.
Ayah Cahaya Anggun adalah seorang Office Boy honorer di salah satu kantor di Pekanbaru, Riau. Saat ini, gaji bulanannya tentu saja dibagi untuk pengobatan Cahaya dan kebutuhan hidup keempat orang anak. “Dia selalu menjawab dengan senyuman ketika ditanya, ‘sudah makan?’.”
Dukungan Penanganan Pengobatan Oleh Pemprov Riau
Pemerintah Provinsi Riau telah memberikan dukungan dengan memfasilitasi rujukan ke RSCM Jakarta sejak pertengahan tahun 2018.
Bantuannya berupa tiket pesawat untuk pasien dan pendamping pasien pergi dan pulang, bantuan biaya rumah singgah, konsumsi selama pasien menjalani pengobatan.
Serta pendampingan oleh Petugas Dinkes pada saat awal menjalani pengobatan di RSCM, dan pendampingan via telfon selama pasien menjalani pengobatan di RSCM.
Selama menjalani pengobatan di RSCM, mitra Dinkes Provinsi Riau di Jakarta (ed. Yayasan Sedekah Rombongan Jakarta) secara aktif dan intens membantu pendampingan pasien setiap berobat ke RSCM.
Melalui jejaring Mitra Yayasan Sedekah Rombongan di Jakarta, pasien juga selalu mendapatkan donasi untuk melengkapi kebutuhan biaya tambahan.
Penghimpunan dana, sejauh ini dilakukan oleh para relawan yang mencoba membuka donasi melalui kitabisa.com. Jumlah dana yang terkumpul masih sangat sedikit. Sedangkan biaya dibutuhkan untuk pengobatan Cahaya Anggun May Shira hingga Rp150 juta, sedangkan waktu hanya tinggal 53 hari lagi.
(bpc2)