BERTUAHPOS.COM — Seorang biarawati Suster Ann Rose Nu Tang, berlutut dan memohon dengan segenap hatinya kepada aparat kepolisian yang sedang mengawal aksi demonstrasi di Kota Myitkyina, Myanmar pada Senin, 8 Maret 2021.
Biarawati itu meminta polisi berhenti menembak dan melakukan aksi kekerasan terhadap para pengunjuk rasa penentang kudeta militer. Aksinya berlutut dan memohon itu pun terekap kamera video dan beredar di sosial media.
Suster Ann yang mengenakan jubah putih kemudian berbicara kepada dua polisi yang mengikutinya berlutut.
“Saya mohon, saya tidak ingin melihat masalah apa pun di sini dan tidak bisa pergi jika polisi tidak pergi. Saya memohon agar mereka tidak menembak anak-anak,” kata Suster Ann seperti mengutip Reuters.
Setelah menyampaikan permintaannya itu, Suster Ann dan seorang polisi kemudian bersujud dengan menyentuhkan dahi mereka ke tanah. Dia kemudian turut ambil bagian dalam aksi protes menuntut perdamaian dan meminta junta militer mengakhiri kekerasan.
Hanya saja, permintaan biarawati itu tidak digubris oleh aparat keamanan. Polisi tetap melepas tembakan hingga menewaskan dua orang pendemo di kota Mytkyina. Menurut saksi mata, dua orang tewas yang tewas itu setelah mereka dihantam peluru tajam di bagian kepala, sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka.
Mengutip CNNIndonesia.com, Selasa, 9 Maret 2021, kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik melaporkan sejauh ini lebih dari 60 orang para pengunjuk rasa tewas dan 1.800 orang ditahan sejak terjadi kudeta militer pada 1 Februari lalu.
Sementara itu tindakan brutal aparat keamanan di Yangon berlanjut pada Senin malam ketika mulai menggeledah lingkungan perumahan dan apartemen mencari pedemo anti-kudeta yang bersembunyi.
Selama razia, aparat keamanan dikabarkan menargetkan rumah dan apartemen yang mengibarkan bendera partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi.
AFP melaporkan, penggeledahan berawal ketika massa pro-demokrasi kembali berdemo di pusat komersial San Chaung pada Senin pagi yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional.
Razia di San Chaung ini terjadi setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati aparat.
Tindakan polisi dan tentara semakin brutal dalam merespons unjuk rasa anti-kudeta yang semakin meluas di Myanmar. Kota Yangon dinilai menjadi pusat pemberontakan sipil terhadap junta militer sejauh ini. (bpc2)