BERTUAHPOS.COM — Eropa dihadapkan dalam ancamn krisis gas parah imbas gelombang panas yang mendera di sana. Gelombang panas berpotensi meningkatkan permintaan energi untuk membantu mendinginkan rumah dan kantor di benua itu.
Memang, pipa Nord Stream 1 yang menghubungkan gas Rusia ke Eropa dan sempat ditutup 10 hari karena pemeliharaan akan kembali dibuka pada 21 Juli 2022 nanti.
Tetapi, aksi Rusia yang akan tetap mematikan aliran gas guna membalas sanksi yang telah diberlakukan Uni Eropa sejak invasi Moskow ke Ukraina pada Februari akan memperparah krisis gas di kawasan itu.
Menteri ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan karena ancaman itu, setiap negara di Eropa termasuk Jerman, harus bersiap menghadapi krisis terburuk. Maklum, pipa tersebut mengalirkan 55 miliar meter kubik gas per tahun ke Eropa.
“Apa pun bisa terjadi. Bisa jadi gas mengalir lagi, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Bisa jadi tidak ada yang keluar sama sekali,” kata Habeck seperti dikutip dari CNN.com, Selasa, 19 Juli 2022.
Sementara itu beberapa analis menyebut kalau ancaman krisis gas minggu benar terjadi, Eropa akan mengalami masalah besar. Pasalnya, krisis gas terjadi pada saat terburuk.
Maklum, selain dihantam gelombang panas, beberapa negara di Eropaseperti Prancis dan Spanyol saat ini juga sedang berjuang melawan kebakaran hutan.
Karena bencana itu, suhu diperkirakan naik di atas 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit) selama beberapa hari mendatang. Lonjakan suhu mereka pastikan akan mendongkrak permintaan listrik untuk menyalakan unit pendingin udara.
Peningkatan permintaan itu diakui oleh operator sistem transmisi gas Spanyol Enagas. Dalam pernyataan yang mereka keluarkan pekan lalu bahkan, perusahaan itu menyebut gelombang panas sudah meningkatkan permintaan gas alam untuk menghasilkan listrik mencapai rekor baru 800 gigawatt jam.
“Peningkatan besar permintaan gas alam untuk produksi listrik ini terutama disebabkan oleh suhu tinggi yang tercatat sebagai akibat dari gelombang panas,” kata mereka.
Meski demikian, beberapa analis yakin krisis tak akan berlangsung lama. Keyakinan mereka dasarkan pada sumber daya alternatif yang dimiliki Eropa dan prediksi bahwa gelombang panas berakhir pada pertengahan minggu.
“Meskipun konsumsi daya di UE akan sedikit lebih tinggi minggu ini di tengah gelombang panas karena tingkat penggunaan unit AC yang tinggi, ini akan diimbangi oleh rekor pasokan pembangkit listrik tenaga surya,” Direktur Energi, Iklim, dan Sumber Daya di Eurasia Group Henning Gloystein.***