BERTUAHPOS.COM – Dunia semakin digital, transaksi perbankan juga semakin digital. Tidak ada lagi transaksi yang tidak bisa dilakukan dengan teknologi. Alhasil, pertumbuhan transaksi semakin meningkat, seperti di tahun 2021 lalu hampir 40ribu trilyun traksaksi digital banking di Indonesia. Data ini memunculkan suatu pertanyaan, bagaimana dengan keamanan?
Menurut Bank Indonesia di tahun ini 2022 diprediksikan bisa mencapai 51ribu trilyun transaksi digital banking. Informasi ini tentunya kabar gembira bagi kita semua, di lain hal digitalisasi transaksi perbankan juga melahirkan kecemasan-kecemasan baru dengan tingkat resiko yang tinggi, seperti tindakan kejahatan cyber yang hampir setiap hari kita temukan.
“Fakta yang terjadi di negara Indonesia sebagai negara ke 4 terbesar penduduknya di dunia, kita sangat terpapar dengan perkembangan dunia digital. Dengan perubahan Era digital yang sangat cepat, diikuti pula dengan inovasi teknologi yang dinamis, perilaku konsumen yang menuntut semuanya serba mudah, cepat, dan nyaman,” ungkap Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas V M Tarihoran dalam acara workshop yang digelar AMSI bersama BNI. Baca: Perlindungan Nasabah, Kolaborasi dan Sinergi Menjadi Keniscayaan
Dikatakannya, dunia bisnis juga menyikapi bahwa di dunia serba digital ini membutuhkan keamanan siber yang kompetitif, mengingat banyaknya pihak-pihak yang melakukakan penyalahgunaan data.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Komputer Universitas Sampoerna Prof Teddy Mantoro menyebutkan, setidaknya tercatat oleh BSSN lebih dari 1,6 Milyar anomali trafik atau serangan selama kurun waktu 2021, jumlah ini 3 kali lipat dari tahun 2020.
“Untuk perbankan sendiri, hasil dari survey knowbe4 pada tahun 2020 sekitar 31,4% karyawan perbankan gagal lulus pada tes keamanan phising dasar,” ujarnya. Menurut Prof. Teddy Mantoro, jika terjadi kebocoran data, orang yang paling bertanggungjawab di depan itu tidak lain tidak bukan adalah instansi perbankannya.
Survei Global Risks Report 2022 (World Economic Forum), risiko cyber security failures meningkat sejak adanya pandemi. Cybersecurity dianggap sebagai “ancaman besar untuk jangka pendek & menengah. Ketergantungan pada sistem digital digital meningkatkan ikut memicu cybersecurity failures. Segala aktivitas jual beli sehari-hari dilakukan di patform digital.(maryo)