BERTUAHPOS.COM Seseorang kerap merasa kesulitan untuk berinvestasi maupun mempersiapkan dana pensiun karena benturan gaji yang minim. Setiap bulan, penghasilan selalu habis untuk membayar cicilan utang, belanja kebutuhan, biaya anak sekolah dan sebagainya.
Sebenarnya apakah bisa karyawan berpenghasilan pas-pasan sekira Rp 5 juta ke bawah dapat berinvestasi dan hidup nyaman di usia tua?
Direktur Pengembangan Bisnis PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut E Andanawarih dalam Konferensi Pers Manulive Investor Sentiment Index di Asia, Jakarta, Kamis (25/9/2014), mengatakan, investasi tidak identik dengan modal besar. Asalkan ada niat maka segalanya akan mudah dalam mempersiapkan masa depan Anda.
Berikut tips dari Manulife Indonesia dalam berinvestasi dan mempersiapkan dana pensiun bagi karyawan berpenghasilan Rp 5 juta ke bawah, yaitu :
1. Setiap orang harus insyaf bahwa mempersiapkan masa pensiun itu sangat penting. Salah satunya irit dalam pengeluaran, karena banyak pos belanja yang bisa dihemat dan dialihkan ke produk investasi, seperti saham, reksadana, investasi pendapatan tetap, properti, program pensiun dan sebagainya
2. Mengurangi simpanan uang atau aset di produk tabungan maupun deposito karena hanya akan tergerus inflasi. Produk investasi di luar dapat menjadi pilihan seseorang, karena pada dasarnya investasi tidak melulu menguras kantong.
“Ada instrumen produk yang bisa dimanfaatkan untuk masa pensiun. Misalnya reksadana dapat dibeli mulai harga Rp 100 ribu. Masa sih kita tidak punya uang segitu. Jangan cuma beli barang kredit saja, masa depan juga harus dicicil,” papar Putut.
Dia menegaskan, mempersiapkan jaminan di hari tua harus dimulai sejak saat ini. Putut bahkan menilai, saat yang tepat untuk berinvestasi seharusnya dilakukan sejak 20 tahun lalu.
“Tapi nggak ada kata terlambat. Saat ini kita bisa memulai investasi. Jangan ketika usia menginjak 40-50 tahun baru pikirkan pensiun,” cetusnya. Â
Sementara Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Nur Hasan menyarankan agar setiap orang dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan. “Ngopi saja maunya yang bermerek. Padahal kita butuhnya cuma kopi tubruk,” imbuh dia. (Fik/Ndw/Liputan6)