BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) belum mampu mengangkat pertumbuhan kredit masyarakat. Sejumlah kalangan menganggap PEN kurang efektif untuk mendongkrak sektor ini.
Pertumbuhan kredit tercatat terus mengalami perlambatan signifikan pada April 2020 hanya tumbuh 5,73%, sedangkan Mei menjadi sebesar 3,09% dan Juni 1,49%, seperti diberitakan Bisnis.com, Sabtu, 17 Oktober 2020.
“Dana PEN yang disalurkan pemerintah terlalu berfokus pada supply side berupa penjaminan kredit hingga penempatan dana untuk mendorong kredit. Sementara itu, dari alokasi dana PEN Rp695 triliun, penyaluran untuk demand side berupa bantuan langsung tunai hanya Rp203 triliun,” kata Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani.
Otoritas Jasa Keuangan sempat menilai kredit semakin membaik setelah Juli 2020 tercatat tumbuh menjadi 1,53%. Namun, mulai Agustus 2020, kredit terus melemah menjadi 1,04% dan berakhir semakin rendah pada September menjadi 0,12%.
Dia menambahkan, saluran dana PEN untuk supply side belum diperlukan. Contohnya, pemberian subsidi bunga kepada UMKM justru belum berjalan optimal karena demand kredit masih rendah. “Tidak adanya permintaan kredit membuat dana yang ditempatkan pemerintah pada lembaga penjamin milik negara pun jadi ‘menganggur’,” ungkapnya.
Secara upaya, PEN perlu diapresiasi, namun dalam implementasinya harus disesuaikan dengan kebutuhan. “Saya lebih setuju dana PEN dialihkan ke demand side, stimulus berupa BLT,” katanya.
Dia memeperkirakan pertumbuhan demand kredit kemungkinan baru akan terjadi pada pertengahan 2021. Pada saat itu barulah dana PEN untuk mendorong pertumbuhan kredit bisa disalurkan. “Dana PEN untuk mendorong kredit baru cocok tahun depan, perlu evaluasi berdasarkan kebutuhan,” katanya. (bpc2)