Analis PT BNI Securities, Yasmin Soulisa, Jumat 14 November 2014, mengatakan bahwa laju indeks saham didukung oleh sentimen positif dari data perekonomian Indonesia tersebut.
Selain itu, dia mengungkapkan, faktor positif lain dari dalam negeri adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang untuk ketiga belas kalinya bertahan di level 7,5 persen sejak November 2013 lalu.
Menurutnya, level tersebut sudah tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi makro ekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung proses penyesuian ekonomi ke arah yang lebih seimbang.
Adapun defisit transaksi berjalan mencapai US$6,84 miliar, atau 3,07 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III- 2014. Angka ini, turun dibandingkan kuartal kedua yang mencapai US$8,69 miliar, atau 4,07 persen dari PDB.
Sementara itu, sentimen eksternal yang menjadi tenaga penggerak indeks saham ke atas, datang dari bursa saham Amerika Serikat. Indeks Dow Jones mampu naik ke level tertinggi 16.652, atau menguat 0,2 persen pada penutupan perdagangan dini hari tadi.
Yasmin menjelaskan, meskipun laporan dari sektor tenaga kerja AS kurang memuaskan, tetapi data dari Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan adanya pembukaan lapangan pekerjaan baru di September sebanyak 4,7 juta unit.
Ini, menggambarkan hanya terjadi sedikit penurunan saja dibandingkan bulan Agustus yang mencapai 4,8 juta.
Seperti diketahui, untuk klaim pengangguran di AS pada akhir pekan ini, lebih tinggi dibandingkan akhir pekan lalu sebesar 12 ribu klaim menjadi 290 ribu klaim
Di sisi lain, penguatan indeks saham pada penutupan perdagangan, Jumat 14 November 2014, diwarnai aksi ambil untung (profit taking) oleh para pemodal asing.
Head of Research PT MNC Securities, Edwin Sebayang, menyampaikan kepada VIVAnews, masalah mendasar yang saat ini masih ditunggu-tunggu adalah kapan dan berapa besarnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dilakukan.
Persoalan lainnya, kata Edwin, munculnya wacana baru yang dikemukakan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang akan meninjau apakah BBM bersubsidi perlu dinaikkan.
“Hal itu, menimbulkan kebingungan terhadap para pelaku pasar. Pernyataan siapa yang harus dipegang dan kemana arah kebijakan pemerintah terkait mengatasi jebolnya APBN?,” tambahnya.
Sebagai informasi, IHSG ditutup naik 0,82 poin, atau 0,16 persen ke level 5.049,49 pada perdagangan Jumat 14 November 2014. Sedangkan, investor asing mengalami penjualan bersih (net foreign sell) sebesar Rp227,48 miliar. (asp/Viva)