BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Khairul ingat betul, bagaimana awal mula omzet penjualannya di Pasar Bawah—Pasar Wisata Pekanbaru—menurun. Waktu itu, sekitar tahun 2019, beberapa pelanggannya mengatakan, “Kok lebih murah di online, Bang.”
Tak ada kalimat yang bisa dipakai untuk menyangkal itu. Khairul hanya bisa mengingatkan kepada pelanggannya, “Hati-hati penipuan, Bang, kalau belanja online. Pastikan dulu tokonya benar-benar ada. Kalau di sini, Abang bisa lihat kualitas barang secara langsung,” ujarnya mengingatkan.
Semakin ke sini, penjualan tas, dompet, ikat pinggang dan lainnya di kios Khairul semakin tak bisa diandalkan untuk menutupi kebutuhan hariannya. 2023 lalu, dia memutuskan untuk berhenti berjualan di Pasar Bawah, seiring dengan rencana Pemko Pekanbaru merenovasi pasar wisata itu.
Ada yang menarik dari perubahan perilaku konsumen saat ini. Perubahan signifikan dalam perilaku belanja masyarakat Indonesia terungkap melalui data terbaru dari Bank Indonesia (BI).
BI mencatat transaksi e-Commerce mencapai puncaknya pada tahun 2023, dengan mencatat angka fantastis, yaitu Rp 453,75 triliun. Kondisi ini mencerminkan pergeseran dari pembelian offline ke belanja online.
Deputi Gubernur Fillianingsih Hendarta, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG), menyampaikan bahwa nilai transaksi ini dipergunakan untuk membeli 3,71 miliar barang.
Hendarta menyoroti tren yang terus meningkat seiring dengan transformasi perilaku masyarakat.
“Mengenai e-commerce, jumlahnya selama 2023 ini secara nominal mencapai Rp 453,75 triliun, dengan volume 3,71 miliar barang. Ini menunjukkan tren yang terus meningkat,” paparnya.
Hal itu disertai dengan lonjakan transaksi pembayaran online atau digital. BI mencatat nilai transaksi perbankan digital di Indonesia mencapai Rp 58.478 triliun sepanjang tahun 2023, dengan pertumbuhan 13,48% secara tahunan (YoY).
Tahun ini, BI memproyeksikan transaksi digital banking akan meningkat kembali sebesar 9,11% (YoY), diperkirakan mencapai Rp 63.803 triliun.
Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik menunjukkan peningkatan yang agresif, melonjak 43,45% (YoY) atau mencapai Rp 835,84 triliun pada 2023.
Pada tahun ini, nilai tersebut diproyeksikan kembali meningkat 25,77% (YoY), mencapai Rp 1051,42 triliun sepanjang 2024.
Secara spesifik, transaksi QRIS tumbuh luar biasa sebesar 130% (YoY) mencapai Rp 229,96 triliun, dengan jumlah pengguna 45,78 juta dan jumlah merchant 30,41 juta, kebanyakan berasal dari UMKM.
Namun, nilai transaksi menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit mengalami penurunan sebesar 0,81%, mencapai Rp 8178,69 triliun tahun lalu.
Pergeseran ini menciptakan gambaran yang jelas tentang revolusi digital dalam pola belanja masyarakat, membuka peluang baru dan tantangan ekonomi di era ekonomi digital Indonesia.***