BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan perekonomian global masih cenderung melambat dan diliputi ketidakpastian yang tinggi. Hal ini mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah.
“Kita harus jaga nilai tukar dengan kondisi dunia yang tidak pasti. Kemarin melihat ввм naik Rp 2.000 (Premium) dan Rp 1.000 (Solar) akan membuat kita lihat lagi proyeksi inflasinya,” ungkap Gubernur BI Agus Martowardojo di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Jumat (12/7/2013).
Dijelaskan Agus, faktor eksternal mempengaruhi nilai tukar di banyak negara bukan hanya Indonesia saja. Pertumbuhan ekonomi AS diprakirakan tidak sekuat perkiraan semula, meskipun kegiatan produksi dan konsumsi menunjukkan perbaikan.Â
Permasalahan ekonomi Eropa masih belum menunjukan tanda-tanda perbaikan yang berarti. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China dan India tercatat lebih rendah dibandingkan dengan proyeksinya, meskipun masih masih cukup tinggi.
“Ini salah satu utama yang kita respon tentang kenaikan BI Rate. Kita terus bekerjasama menjaga second round agar efek ini tidak terjadi inflasi yang tinggi,” jelas Agus.
Dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, Agus mengatakan nilai tukar rupiah pada triwulan II-2013 mengalami depresiasi sesuai dengan nilai fundamentalnya.Â
Secara point to point, nilai tukar rupiah melemah sebesar 2,09% (qtq) menjadi Rp 9.925 per dolar AS, atau secara rata-rata melemah 1,03% (qtq) menjadi Rp 9.781 per dolar AS.Â
Seperti halnya pelemahan mata uang negara-negara di kawasan Asia, depresiasi nilai tukar rupiah terutama dipengaruhi penyesuaian kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik dipicu sentimen terkait pengurangan (tapering off) stimulus moneter oleh the Fed.
Perkembangan ini mengakibatkan pelemahan rupiah sejalan dengan tren pergerakan mata uang negara-negara di kawasan Asia. (detik)