BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Riau pernah berjaya dengan sumbangan devisa terbesar dari sektor Migas. Kini peran itu diambil alih oleh sektor perkebunan kelapa sawit.
Namun faktanya, sejauh ini Riau belum mendapat imbal hasil yang setimpal dari pusat, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur.
“Saya selalu sampaikan hal ini dalam rapat-rapat komisi di DPR dan paripurna. Meskipun angka lifting migas menurun. Tapi ingat, ketika migas turun, Riau masih penyumbang terbesar CPO sawit,” kata Anggota Komisi V DPR RI Syahrul Aidi Maazat di Pekanbaru.
Namun fakta yang terjadi, menurutnya, Riau tidak mendapat apa-apa, melainkan dampak yang ditimbulkan. Seperti asap, jalan-jalan rusak. Sedangkan bagi hasil yang selama ini diperjungkan belum berbuah manis.
Secara nasional, ekspor minyak kelapa sawit Riau berkontribusi hingga mencapai 40% dan menjadi yang paling dominan dibandingkan provinsi sentra sawit lainnya di Indonesia.
“Karena kita ketahui 20% CPO Indonesia ini didatangkan dari Riau dan Pelabuhan di Dumai merupakan Pelabuhan CPO terbesar di dunia,” kata Syahrul Aidi Maazat.
Besarnya kontribusi sawit Riau terhadap nasional juga didukung dengan luasan perkebunan kelapa sawit Riau yang mencapai 3.387.206 hektare dengan total produksi CPO pada 2019 tercatat mencapai 9,2 juta ton.
Tidak hanya itu, kegiatan operasional dari hulu hingga hilir di Riau juga didukung oleh banyaknya perusahaan perkebunan kelapa sawit skala besar baik PBN (Perusahaan Besar Negara) maupun PBS (Perusahaan Besar Swasta) yakni sebanyak 196 perusahaan.
Tidak hanya mengandalkan komoditas kelapa sawit, Riau juga memiliki perkebunan kelapa dengan luas lahan sekitar 422 ribu hektare.
Total produksi dari perkebunan kelapa yang sebagian besar terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir tersebut mencapai 391 ribu ton. Tak heran jika daerah ini juga diklaim sebagai produsen kelapa terbesar di Indonesia dengan total produksi kelapa di Tanah Air mencapai 2,83 juta ton.
Selain itu, Riau juga memiliki perkebunan karet dengan luasan sebesar 486 ribu hektare dan produksi mencapai 331 ribu ton (sekitar 9,6% dibandingkan produksi karet nasional).
“Kami harapkan pemerintah pusat agar memberikan perhatian baik pemerintah Provinsi Riau, kabupaten/kota dan masyarakat Riau dalam membangun inprasruktur termasuk inprastruktur yang berkaitan dengan perhubungan,” tambahnya. (bpc2)