BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Asosiasi dokter hewan dan asosiasi pengusaha obat-obatan tidak dilibatkan dalam Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Provinsi Riau. Seharusnya pihak-pihak tersebut dilibatkan, agar upaya penanganan yang melibatkan tim terpadu itu lebih maksimal.
Hal ini diakui oleh Tim Satgas Penanganan PMK Riau Edy Afrizal, yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau. “Memang Tim Satgas kita ada kekurangan, dengan tidak memasukkan asosiasi dokter hewan dan pengusaha obat-obatan,” katanya saat ditemui Bertuahpos.com, Jumat, 24 Juni 2022.
Meski demikian, kata Edy, ke depan tim Satgas ini masih akan dilakukan penyesuaian. Dengan kata lain, seiring dengan proses berjalan pihak-pihak ini dan lainnya akan dimasukkan dalam tim Satgas sesuai kebutuhan.
Sebagaimana diketahui, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau menyatakan saat ini ada enam kabupaten di Riau yang sudah masuk zona merah, atau sudah terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi ternak.
Kepala Dinas PKH Riau Herman menjelaskan saat ini yang terbaru adalah kasus positif penyakit PMK ditemukan di Kabupaten Indragiri Hulu. Adapun keenam kabupaten/kota tersebut yakni Rokan Hulu, Siak, Indragiri Hilir, Bengkalis, Kampar dan Inhu.
Adapun rinciannya, terjangkit sebanyak 53 ekor hewan ternak di Inhu, 26 ekor di Siak, 24 ekor di Indragiri Hilir, 100 ekor di Bengkalis, 16 di Kampar dan 6 di Inhu. “Dengan demikian total kasus sebanyak 225 ekor hewan ternak di Riau yang sudah terpapar PMK,” terangnya.
Dia mengakui memang sebelumnya ada laporan terkait sapi di Inhu yang diduga terpapar penyakit PMK. Kemudian petugas dinas terkait melakukan pengambilan sampel dan mengirimkan hasilnya ke laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi.
Hasil uji menunjukkan sapi itu memang positif PMK, sehingga sampai kini ada enam kabupaten di Riau yang sudah terpapar penyakit hewan ternak tersebut.
“Saat ini kami sudah meminta kepada petugas kesehatan hewan setempat di Indragiri Hulu, agar melakukan penanganan diperlukan guna mengantisipasi PMK tidak meluas ke wilayah lain,” ujarnya.
Sementara itu dengan penanganan yang terus dilakukan terhadap sapi positif PMK, hingga kini ada sebanyak 84 ekor sapi yang telah sembuh.
Kabid Kesehatan Hewan Dinas PKH Riau Faralinda Sari mengatakan jumlah sapi yang sembuh mencapai 84 ekor tersebut, tersebar dari beberapa wilayah kabupaten di Riau.
Diantaranya Rokan Hulu 5 ekor, kemudian Siak 5 ekor, Inhil 12 ekor, Kampar 14 ekor sapi, dan paling banyak di Bengkalis 48 ekor sapi yang sembuh dari PMK. “Alhamdulillah sudah banyak yang sembuh, total sudah 84 sapi yang sembuh dari PMK,” ujarnya.
Kemudian sejak menyebarnya PMK di Riau, hingga kini baru ada 1 sapi yang mati karena PMK, yakni di Kabupaten Kampar. Meski sudah ditemukan ada yang mati, sapi yang terkena PMK di Riau masih bergejala ringan sampai sedang. Belum ditemukan ada yang bergejala berat hingga kuku terlepas.
Saat ini kondisi sapi sapi yang dinyatakan sembuh tersebut kondisi kesehatan sudah membaik. Hasil pemeriksaan sampelnya pun sudah negatif. Namun sapi tersebut masih diisolasi karena meski sudah sembuh dan negatif, potensi penularannya masih bisa terjadi.
“Masih kami lakukan isolasi dan belum bisa dilepasliarkan sebelum diberikan vaksin. Meskipun sudah negatif, potensi penularannya masih ada, karena virusnya kan masih ada, tapi untuk kondisi kesehatannya sudah membaik,” terangnya.***