BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — PDIP bantah pemasangan baliho Puan Maharani di banyak daerah terkait rencana pencalonan sebagai Presiden di Pilpres 2024 mendatang. PDIP menyangkal itu dengan alasan bahwa pemasangan baliho tersebut merupakan inisiatif kader mereka di daerah yang bertemakan imbauan Puan terkait pandemi Covid-19.
“Ya karena kondisinya lagi pandemi dan ada varian baru Delta, sehingga pengurus DPC dan DPD spontan memasang baliho-baliho terkait imbauan Bu Puan Maharani agar kita mentaati protokol kesehatan,” kata Hendrawan seperti dilansir CNNIndonsia.com, dikutip Sabtu, 31 Juli 2021.
Di Pekanbaru, baliho Ketua DPP PDIP Puan Maharani itu terpampang di Jalan Jenderal Sudirman, di persimpangan dengan Jalan Imam Munandar.
Dalam baliho Puan tersebut, disertai kalimat ‘Kepak Sayap Kebhinekaan’. Dalam baliho tersebut, Puan dituliskan sebagai Ketua DPR RI. Puan sendiri digadang-gadang maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti. Dukungan untuk Puan juga mengalir dari internal PDIP.
Kepala Bappilu PDIP Riau Syafarudin Poti mengatakan baliho Puan Maharani di Pekanbaru tak terkait dengan pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Menurut dia, baliho Puan tersebut berisikan pesannya sebagai Ketua DPR RI.
“Pesannya sebagai Ketua DPR RI, kepada perempuan di Riau. Bahwa kita bangga, perempuan menjadi Ketua DPR RI,” kata Poti kepada Bertuahpos.com, Jumat 16 Juli 2021.
Sementara itu, Hendrawan mengatakan bahwa tidak hanya pengurus daerah yang inisiatif memasang baliho Puan. Anggota fraksi PDIP di DPR juga berinisiatif memasang baliho tersebut di dapilnya masing-masing.
Dia mengatakan bahwa pemasangan baliho tersebut dimaksudkan sebagai atribusi Puan sebagai Ketua DPR RI perempuan pertama.
“Kan dari total 23 Ketua DPR, itu perempuan pertama Bu Puan Maharani. Itu Mbak Puan mencetak rekor baru. Karena beliau ketua DPR perempuan pertama,” ujarnya.
Dikaitkan dengan Pencalonan Presiden
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris menilai, sah – sah saja jika keberadaan baliho puan itu dikaitkan dengan rencana pencalonannya di Pilpres 2024.
Dia juga mengungkapkan bahwa masyarakat tentu tidak serta merta percaya dengan isu politik yang dihembuskan para kader PDIP.
“Kalau kita merujuk pada pandangan umum untuk apa coba baliho Puan dipajang begitu saja, tanpa ada embel – embel politis atau Pilpres 2024 di belakangnya. Ya, untuk sosialisasi lah, apalagi,” katanya kepada Bertuahpos.com belum lama ini.
Menurutnya, apa yang dilakukan PDIP juga sama dengan yang dilakukan Partai Golkar yang memajang wajah Airlangga Hartarto secara besar di pinggir jalan. Meski demikian, menurut Aidil, memang tak ada pelanggaran apapun dengan dipajangnya foto – foto tokoh politik melalui baliho besar itu.
“Ya, kalau kita merujuk ke aturan politik kan sah – sah aja, walau mereka bilang tak ada embel – embel Pilpres, tetap saja baliho Puan itu sebagai ‘bahasa perkenalan’ kalau kita tarik dalam komunikasi politik. Memperkuat brand image itu biasa lewat iklan, dan Pilpres ‘di belakangnya’ juga tak bisa kita pungkiri,” tambahnya.
Dia menambahkan, pola – pola seperti ini, biasanya akan diikuti dengan survei yang akan dilakukan oleh internal Parpol. Terutama sebuah survei yang mengarah pada popularitas. Intinya, seberapa kenal orang Riau dengan Puan Maharani. “Yang negerjain (survei) biasanya juga lembaga survei internal mereka,” sambungnya.
Menurut Aidil, masyarakat di Riau, khususnya di Pekanbaru sudah memiliki kepekaan dan pengalaman politik yang bagus. Dinamika politisasi yang dimainkan oleh aktor politik di daerah, secara tidak langsung telah memberikan kecerdasan politik masyarakat secara baik. Apalagi di Pekanbaru, yang saat ini menjadi barometer perpolitikan di Riau. (bpc2)