BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Ekspansi perkebunan sawit yang tumbuh dewasa ini dinilai sebagai bagian dari strategi pasar dunia. Dimana industri secara global membutuhkan pasokan bahan baku CPO dalam jumlah yang besar.
Data yang dihimpung Sawit Watch, dalam kurun waktu 10 tahun belakangan tercatat 5,07 juta rumah tangga petani menghilang. Artinya dalam setiap menit satu keluarga petani, berpindah dari ke usaha lain. Dari data ini diprediksi program pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan dinilai hanya sebatas wacana kosong belaka.
“Jika tidak ada upaya perbaikan menghentikan konservasi perkebunan sawit, jangan harap upaya meningkatkan ketahanan pangan akan terwujud,” kata Deputi Direktur Sawit Watch Surambo saat berbincang di Kantor Scaleup, Senin (08/12/2014).
Dia menjelaskan Provinsi Riau salah satu wilayah yang memiliki luasan perkebunan sawit terbesar di Indonesia dengan capaian luas area sekitar 2,9 juta hektar. Diperkirakan luas ini akan terus bertambah, sesuai target pemerintah di tahun 2020 luasan kawasan perkebunan sawit di Riau ditargetkan 28 juta hektar. Hal ni dilakukan lagi-lagi untuk memenuhi tingginya konsumsi CPO di pasar dunia.
Dilihat dari data ini, akan sangat sulit pencapaian pemerintah untuk menggalakkan kedaulatan pangan. Direktur Scaleup Hari Octavian jelas-jelas mengatakan lahan mana yang akan diambil pemerintah untuk dijadikan area sumber penghasilan ketahanan pangan.
Selain itu, Hari mengaku sawit adalah jenis tanaman yang merusak unsur-unsur tanah. Sebagian besar sisa lahan bekas sawit sulit untuk dikelola menjadi tanaman pangan.
Ekspansi perkebunan sawit kini mulai berdampak di Provinsi Riau. Scaleup mencatat tidak kurang 39 konflik lahan yang terjadi selama 2013, menyebutkan masyarakat selalu kalah berkompetisi dengan perusahaan besar dalam perluasan perkebunan. (melba)
Â