BERTUAHPOS.COM, AGAM – Semangat anak-anak Jorong Paraman, Nagari Sipinang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, untuk sekolah patut diacungkan jempol. Bertahun-tahun melewati jalan terekstrim penuh tanjakan dan tikungan tajam dalam hutan dan rimba, kiri kanan jurang dengan sepeda motor, tidak menyurutkan semangat mereka meraih cita-cita.
Yuni salah satunya, wanita yang kini sudah duduk di bangku kelas XII SMKN 2 Bukittinggi ini patut dijuluki Kartininya Jorong Paraman, Nagari Sipinang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Semangat Yuni, untuk terus sekolah melanjutkan pendidikan mulai dari SMP hingga SMKN, seakan tidak mempedulikan jalan terjal yang menjadi rintangan.
Bagi Yuni, berjalan sendiri di jalan milik Kabupaten Agam yang terlupakan itu, tidak ada lagi rasa takut. Kejamnya hewan liar seperti Babi hutan, Harimau, Beruang yang sewaktu-waktu muncul tiba-tiba dan menyerangnya, terkalahkan oleh besarnya harapan untuk menuntut ilmu. Bahkan, tidak terasa ternyata Yuni, sudah melewati Jalan ekstrim Nagari Sipinang-Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuah, itu Enam tahun.
Yuni, memang kos di Bukittinggi dekat dengan sekolahnya. Tetapi setiap Sabtu, dan hari Libur dirinya pulang kampung menempuh jalan Sitingkai-Sipinang sejauh belasan kilometer. Terkadang dia bersama teman-teman sekampungnya yang sama-sama sekolah di Bukittinggi. Tapi, tidak jarang dirinya melewati jalan ekstrim itu sendiri. Dirinya memilih jalan Sitingkai-Sipinang, karena lebih dekat dibanding via Matua-Lawang.
“Kalau lewat sini hanya butuh waktu Setengah Jam. Tapi kalau lewat jalan Padanglua-Panta-Matur-Lawang, butuh waktu Dua jam,” cerita Yuni, kepada Anggota Komisi III DPRD Sumbar, Buya H. Asra Faber yang sedang meninjau kondisi jalan itu bersama Wali Nagari Sipinang, Hendri Gunawan Dt. Gindo, Kepala Jorong Paraman, Elias Efendi Dt.Sinaro dan tokoh muda Nagari Sipinang, akhir pekan kemarin.
Yuni juga menceritakan, anak-anak Jorong Paraman yang tamat Sekolah Dasar (SD) banyak yang memilih tidak melanjutkan sekolah ketingkat SLTP dan SLTA. Karena dikampungnya di Nagari Sipinang, memang tidak ada sekolah tingkat SLTP dan SLTA. Sehinga anak-anak Nagari Sipinang jika harus melanjutkan pendidikan, memilih ke-Kota Bukittinggi.
Dan untuk menuju Kota Bukittinggi, yang paling dekat itu adalah Via Sitingkai. Bahkan masyarakat Jorong Paraman untuk kepasar membeli kebutuhan pokok hanya ke-Pasar Sitingkai. Dan banyak diantara masyarakat dan pemuda Jorong Paraman yang bolak-balik tiap hari menuju Bukittinggi untuk bekerja via Sitingkai.
“Karena Jalan buruk ini, ada anak-anak Jorong Paraman, Nagari Sipinang, tidak sekolah. Bahkan ada yang minta kenderaan, tetapi orangtuanya kurang mampu, sehingga tidak melanjutkan sekolah,” ungkap Wali Nagari Sipinang, Hendri Gunawan Dt. Gindo, dihadapan H Asra Faber, menyambung cerita Yuni berjuang untuk sekolah dan harus pulang setiap pekan, karena Yuni hidup bersama neneknya sejak ibunya meninggal.
Yuni menurut Wali Nagari, satu dari sekian anak di Jorong Paraman yang memilih melanjutkan sekolah dengan serba keterbatasan. “Dia anak Piatu, tinggal bersama neneknya yang sehari-hari berjualan makanan ringan. Setiap pekan Yuni harus pulang, karena harus membeli dan mengantarkan jualan neneknya di kampung. Dan Yuni sudah 6 tahun bolak-balik jalan ini, kalau jalan Matur Jauh. Kini dia sudah hampir tamat, jurusan Pariwisata dan ingin kuliah tetapi biaya tidak ada,” tutur Wali Nagari.
Hendri Gunawan Dt. Gindo, juga menyebut jalan yang dilewati Yuni, merupakan milik Kabupaten Agam sepanjang 18 kilometer, namun belum tersentuh APBD. Dan Nagari Sipinang, dikatakan Wali Nagari, tidak hanya jalannya yang buruk, tetapi sinyal juga tidak ada. Selain itu, juga ada belasan KK penduduknya di Lubuak Onau yang belum dialiri listri PLN.
“Selain jalan kita yang buruk , sinyal juga tidak ada. Kalau ingin menelpon cari tempat-tempat tertentu. Bahkan kantor Wali Nagari saja tidak ada sinyal, dan ruang Kantor Wali Juga terbatas, Wali Nagari dan Sekretaris satu ruangan, jadi banyak sekali ketertinggalan kita dari faslitas dasar, harapan kita Pemerintah Kabupaten Agam dan Provinsi memberikan perhatian,” harap Wali Nagari.
Dia juga menyebut, baru H Asra Faber yang berani datang menjajal Jalan ekstrim sepanjang 18 kilometer ini dengan menggunakan motor dari Jorong Paraman menuju Sitingkai, Palupuah. “Kami ucapkan banyak terimakasih kepada bapak H Asra Faber, baru beliau yang berani melihat keluh kesah kami. Dan kami menaruh harapan agar beliau menyampaikan kondisi kami ini kepada Pemerintah Agam dan Provinsi,” sebutnya.
H.Asra Faber, memuji keberanian dan semangat Yuni, berjuang di jalan ekstrim untuk terus bisa sekolah. “Ajak adik-adik di kampung ananda untuk sekolah, jangan jadikan jauh dan buruknya jalan sebagai alasan. Kalau soal biaya, saat ini sudah banyak sekali beasiswa, ada dari Baznas. Jangan sampai ada anak-anak nagari kita yang tidak sekolah karena alasan biaya dan buruknya jalan ini,” pinta Buya Asra Faber, sambil menyemanggati Yuni.
Buya Asra Faber, dengan usia yang tidak muda lagi, tetapi memiliki semangat seperti anak muda. Dengan menaiki motor bebek menjajal jalan ekstrim milik kabupaten Agam yang luput dari perhatian itu hingga ke-Sitingkai. Bahkan dirinya menyebut, pernah melewati jalan Sitingkai-Sipinang dengan menggunakan mobil. Sayang, karena tidak terperhatikan, terawat dan terurus sehingga kondisi jalan dan jembatan di jalan itu tidak terpelihara dan sudah tidak bisa lagi dilwati mobil.
“‘Dulu, jalan ini sudah bisa dilewati mobil dan saya pernah kesini. Sekarang karena jembatan ini rusak, bagian penyanggah jembatan longsor sehingga mobil tidak bisa lewat, hanya bisa motor. Dan memang sepanjang 7 kilometer masih tanah, dan ini akses masyarakat Nagari Sipinang untuk menuju pasar Sitingkai dan Bukittinggi yang paling dekat,” cerita Anggota DPRD Provinsi yang spesialis daerah tertinggal ini.
Politisi PKS itu sebelumnya juga menjajal Nagari Pagadih di Palupuah, Nagari Malalak Selatan, dan kali ini Nagari Sipinang di Palembayan. Dia ingin sekali Nagari Sipinang bisa sejajar dengan nagari-nagari lainnya dari segi kebutuhan dasar seperti listrik, sinyal dan fasilitas jalan dan bangunan pemerintah. “Nagari Sipinang minimal sejajar dengan yang lain, kalau jalan milik kabupaten di Nagari Sipinang menuju Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Palupuah sudah baik, maka ada alternatif yang memudahkan masyarakat Sipinang Palembayan menuju Bukittinggi sebagai pusat perbelanjaan. Maka ini harus jadi prioritas oleh Pemda Agam,” harap Buya.
Sepanjang perjalanan, sering kali Buya Asra Faber harus turun dari motor karena tanjakan tajam dan berkelok. Parahnya, tanjakan itu penuh dengan lobang dalam berkrikil. Jika saat hujan bisa dipastikan sulit sekali dilewati. Selain licin, juga berlumpur. “Setelah kami lewati, memang kondisinya sangat ekstrim. Disamping kecil, penuh dengan tikungan dan tanjakan tajam, sebahagian corannya sudah rusak dan dipenuhi lubang cukup dalam. Bahkan, sepanjang 7 Kilometer dari perbatasan dengan Jorong Paraman, Nagari Sipinang menuju Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Palupuah, jalannya masih tanah,” ucap Buya ketika berhasil menjajal jalan Ekstrim di Nagari tertinggal itu.***