BERTUAHPOS.COM – Festival Bakar Tongkang kembali digelar di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau. Acara yang merupakan agenda pariwisata nasional ini berhasil menarik sekitar 50 ribu wisatawan pada Sabtu, 22 Juni 2024.
Seperti biasa, Kota Bagansiapiapi dipenuhi dengan ornamen khas Tionghoa. Seketika kota ini seperti Chinatown. Aroma dupa semerbak memenuhi sudut kota.
Ritual Bakar Tongkang dimulai dari Klenteng Ing Hok Kiong. Ini adalah klenteng tertua di sini. Replika kapal tongkang yang akan dibakar kemudian arak ke lokasi dengan berjalan kami.
Tumpukan kertas kuning yang biasa dipakai orang Tionghoa untuk sembahyang, yang disebut Kim Cuacua, sudah disiapkan. Kapal diletakkan di atasnya. Lalu dibakar. Inilah momen yang ditunggu-tunggu.
Seperti biasa, orang Tionghoa di sani mematikan ke mana arah tiang kapal jatuh. Ini salah satu bagian terpenting dalam upacara adat Bakar Tongkang. Sebab arah tiang jatuh menentukan di mana sumber rezeki yang berlimpah.
Tahun ini, tiang kapal itu tumbang mengarah ke darat. Maka dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi, mereka harus mencari rezeki di darat.
“Festival Bakar Tongkang sejak lama telah jadi simbol masyarakat Tionghoa di sini. Ini menjadi pesta budaya berskala nasional,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat.
“Kami yakin ekonomi masyarakat dan sektor pariwisata kembali menggeliat tiap tahunnya dengan adanya pergelaran ini,” sambungnya.
Data dari Pemkab Rohil menunjukkan bahwa sebanyak 50 ribu wisatawan datang untuk menyaksikan festival ini, dengan okupansi kamar hotel mencapai 1.800 kamar penuh.
Hal ini juga berdampak positif pada hotel dan penginapan di kabupaten/kota tetangga yang mengalami peningkatan okupansi.
Festival Bakar Tongkang adalah tradisi ritual dengan makna sejarah penting bagi Kota Bagansiapiapi.
Tradisi ini berawal dari perjalanan imigran Tionghoa yang tiba di Muara Rokan menggunakan kapal kayu sederhana yang dikenal sebagai tongkang. Tradisi ini menjadi simbol sejarah dan budaya yang terus dijaga hingga kini.***