BERTUAHPOS.COM — Asita Provinsi Riau mempertanyakan kejelasan terkait penurunan harga tiket pesawat sebesar 10% yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
Penyesuaian harga tiket pesawat ini dinilai belum jelas dan malah membingungkan di kalangan pelaku industri pariwisata, sebab informasi mengenai penurunan harga tiket tersebut masih belum spesifik. Hal ini disampaikan oleh Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah, kepada Bertuahpos.com, Senin, 2 Desember 2024.
“Penurunan ini belum jelas. Kan ada tarif batas atas dan batas bawah. Tiket pesawat selama ini mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan. Nah, yang turun 10% itu dari tarif yang mana?” ujar Dede.
Dia juga menyoroti perbedaan strategi harga yang selama ini diterapkan maskapai penerbangan. Sebagai contoh, maskapai nasional seperti Garuda Indonesia sering memberikan diskon hingga 70% dari harga tiket tinggi yang bisa mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta.
“Kalau memang diskon 10% itu dihitung dari harga Rp2 juta, dampaknya tidak akan terlalu signifikan,” tambahnya.
Selain itu, Dede menyebut kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia yang cenderung memesan tiket secara mendadak atau last minute. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena diskon yang diberikan kemungkinan tidak akan dirasakan oleh mereka yang sudah membeli tiket jauh-jauh hari sebelum kebijakan ini diberlakukan.
“Kita tahu, banyak orang yang sudah memesan tiket untuk libur Nataru sejak lama. Jadi, kebijakan ini seolah tidak memberi keuntungan bagi mereka yang sudah mempersiapkan perjalanan lebih awal,” jelas Dede.
Menurut Dede, penting adanya transparansi dari pemerintah dan maskapai terkait mekanisme penurunan harga tersebut. Menurutnya, tanpa kejelasan, kebijakan ini berpotensi menimbulkan kebingungan baik bagi konsumen maupun pelaku industri pariwisata.
Selain itu, Dede juga menggarisbawahi bahwa harga tiket pesawat sering menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan wisatawan, terutama pada momen liburan panjang seperti Nataru. “Jika penurunan harga ini benar-benar efektif, tentu akan sangat membantu meningkatkan minat masyarakat untuk bepergian,” katanya.
Namun, dia mengingatkan bahwa penurunan harga tiket pesawat juga harus diimbangi dengan layanan dan fasilitas yang tetap optimal. “Jangan sampai harga turun tapi kualitas layanan juga ikut menurun. Itu bisa merugikan konsumen,” tambahnya.
Asita Riau berharap pemerintah dapat memberikan penjelasan lebih rinci mengenai kebijakan ini agar dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat luas. “Kami berharap ada kejelasan mekanisme yang jelas sehingga semua pihak dapat merasakan manfaatnya,” pungkas Dede.
Dengan libur Nataru yang semakin dekat, kejelasan mengenai kebijakan ini menjadi semakin mendesak untuk memastikan kesiapan masyarakat dan pelaku industri pariwisata dalam menghadapi lonjakan aktivitas perjalanan.***