BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Masalah pangan tentu menjadi hal yang sangat vital bagi Riau. Meski pemerintah membuka akses luas keluar-masuknya sembako tapi tak ada yang bisa menjamin kondisi tersebut akan baik-baik saja.
Data Bank Indonesia sejak lama menyebutkan Riau bahkan belum bisa memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Lebih 50% kebutuhan pangan di provinsi ini sangat bergantung dari provinsi tetangga, seperti Sumbar, Jambi, dan Sumut.
Kehadiran wabah corona seolah memaksa pemerintah agar bisa bertahan. Namun mampukan itu terwujud dalam waktu singkat? Apakah hanya untuk corona membuat sikap pemerintah daerah berbalik arah untuk memperbaiki sistem ketahanan pangan lokal?
Pada 24 April 2020, Gubernur Riau, Syamsuar melakukan tinjauan langsung ke kebun sayur warga di sekitar kawasan Lanud Roesmin Nurjadin. “Mempersiapkan ketahanan pangan merupakan arahan dari Pak Presiden,” kata Syamsuar.
Terhadap persiapan sumber-sumber pangan, Syamsuar mengklaim, bahwa pemerintah daerah sudah meminta kepada perusahaan-perusahaan di Riau untuk menanam tanaman-tanaman pangan dan kehidupan. Kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, telah diarahkan agar lahan-lahan kosong bisa dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Jenisnya bisa padi, jagung atau ubi.
Kata Syamsuar, pemerintah provinsi sendiri telah menjadikan sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Inhil sebagai bentuk cadangan pangan untuk Riau. “Kalau dalam situasi buruk terjadi kekurangan pangan, kita sudah punya sumber-sumber ketahanan pangan,” kayanya.
Bank Indonesia, setiap kali mengeluarkan kajian regional ekonomi daerah selalu memuat bahwa Riau harus bergerak lebih awal untuk mengatasi masalah ketahanan pangan daerah. Mengingat bahan makanan di Riau sangat rentan terhadap inflasi. Hal ini disebabkan Riau tidak punya sumber ketahanan pangan sendiri.
Ketergantungan pangan Riau terhadap provinsi tetangga membuat daerah ini sangat rentan ketika dihadapkan pada krisis pangan jika sewaktu-waktu terjadi kondisi buruk. Wabah corona yang dihadapi Riau saat ini, sepertinya telah menjawab kegelisahan itu. Lantas apakah strategi ketahanan pangan yang disebut Syamsuar akan terealisasi?
Di Pekanbaru, ada dua kawasan yang dianggap sebagai centra produksi sayur-sayuran. Yakni di kawasan Kartama, dan Kubang Raya (perbatasan Pekanbaru-Kampar). Bertuahpos.com pernah melakukan wawancara dengan salah seorang petani sayur di Jalan Kartama, Pekanbaru. Sayur-sayuran yang mereka panen dominan akan dikirim ke daerah-daerah, seperti Kabupaten Rokan Hulu (Rohul). Karena sudah ada yang menampung untuk memenuhi kebutuhan permintaan di sana.
Di Kabupaten Siak, merupakan salah satu daerah sentra produksi gabah dan jumlah sawah di sana cukup luas, terutama di Kecamatan Bunga Raya. Data dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, setidaknya lahan pertanian untuk tanaman padi di kabupaten ini berjumlah 4900 hekyar yang tersebar dibeberapa kecamatan. Rata-rata pertanian padi masih mengunakan pola tadah hujan, sehingga apabila musim kemarau tiba, tanaman akan kekurangan air dan berpengaruh pada hasil panen.
Sugeng, seorang pentani di Kecamatan Bunga Raya mengatakan bahwa beberapa bulan sebelum panen, gabah yang mereka tanam sudah diborong oleh tengkulak dari Medan, Sumatera Utara. Para petani enggan menjualnya ke Bulog karena masalah harga.
Di Inhil, selain kelapa juga terdapat area persawahan, tapi hasinya hanya cukup untuk kebutuhan petani. Berdasarkan data yang dikeluarkan pemerintah setempat, tahun 2019 luas lahan untuk tanam padi sekitar 25 ribu hektar, tersebar di beberapa kecamatan, seperti di Batang, Reteh, dan beberapa kecamatan lain, terluas area persawahan terhadap di Kecamatan Kempas.
Termasuk hasil panen gabah di daerah Penyalai di Kabupaten Pelalawan, walau sudah disuplai untuk kebutuhan lokal, namun belum sepenuhnya cukup memenuhi kebutuhan. Hal itu terlihat dari masih banyaknya sumber bahan makanan dari Sumbar, yang masuk hingga kecamatan di Riau.
Pada awal 2019, data yang dikeluarkan Pemprov Riau menyatakan bahwa ketahanan pangan di provinsi ini masih sangat rentan akibat minimnya produksi padi, belum mampu menyeimbangi jumlah penduduk. Dalam kurun waktu tiga tahun (2016, 2017, 2018) jumlah penduduk Riau yang berjumlah sekitar 6,7 juta jiwa.
Tahun 2018 produksi padi di Riau hanya 365.293 ton, minimnya produksi padi juga akibat minimnya pencetakan sawah baru, akibat akibat alih fungsi yang rata-rata mencapai 4 – 5 ribu hektar per tahun serta belum memadainya indrasktsutksur pertanian.
Stok pangan khususnya beras di wilayah Riau sebesar 70 persen diantaranya didatangkan dari Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Sumatra Selatan, sehingga ketergantungan Riau pada daerah tetangganya terus meningkat. Lantas mungkinkan wabah corona bisa mengubah kondisi ketahanan pangan di Riau? Yang pasti butuh waktu untuk mewujudkan itu. (bpc3)