Covid-19, virus yang mematikan, itu benar adanya. Hal ini bukan lagi soal percaya atau tidak percaya, melainkan seberapa kuat menjaga dinding pertahanan agar orang-orang tercinta di sekitar tidak tak lagi menjadi korban. Cukup sudah!
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Seketika itu tangis pecah dari Hera (60). Deraian air mata bersamaan dengan langkah kakinya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Covid-19 di Rumbai, Pekanbaru, pada Rabu, 19 Mei 2021.
Di benaknya terbayang jelas tatkala dia mengantar sang suami ke Rumah Sakit Awal Bross, Jalan A Yani Pekanbaru, pada 7 Juni 2021 lalu, hari di saat suaminya mengeluh hilang perasa dan penciuman.
Saksikan Juga:
“Semua orang di rumah merasa takut, terlebih Papa. Saat penciumannya hilang, dia sudah sadar kalau dia positif corona. Kami sekeluarga berusaha untuk memberikan semangat agar Papa tidak ngedrop,” kata Hera saat bercerita dengan Bertuahpos.com, Minggu, 23 Mei 2021.
Bersama 2 anaknya, menggunakan kendaraan roda 4, Hera dibaluti rasa kecemasan saat mengantarkan sang suami ke rumah sakit. Tak pernah juga terbesit kalau itu hari terakhir dia berbicara dengan sang suami.
Setibanya di rumah sakit, mereka menunggu proses administrasi beberapa saat. Setelah itu barulah sang Suaminya diarahkan masuk ke ruang IGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sedangkan Hera bersama anak perempuannya yang tinggal serumah, melakukan tes antigen. Dia dinyatakan positif covid-19 lantaran berkontak erat dengan sang Suami, sedangkan anaknya yang bernama Putri (28) dinyatakan negatif.
Sejak hari itu, Hera harus mengurung diri di kamarnya sebagai orang tanpa gejala atau OTG. Kabar dari sang Suami hanya disampaikan melalui ponsel dari pihak rumah sakit.
Hingga rasa cemas itu berada di puncaknya, saat pihak rumah sakit mengabarkan bahwa sang suami telah berpulang akibat keganasan Covid-19.
Seisi rumah dan kerabat lainnya berduka. “Mungkin ini sudah takdir, tapi semuanya sangat cepat. Kami ikhlas dengan apa yang sudah digariskan,” tuturnya dengan mata berkaca – kaca.
Pecah tangis tumpah saat dia bersama 4 anaknya berziarah ke TPU covid-19, di salah satu makam dengan batu nisan bertuliskan nama sang Suami.
Situasi ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pemandangan haru tak hanya tampak dari keluarga Hera, tapi juga muncul dari keluarga lainnya yang salah satu anggota keluarga mereka bernasib sama di areal pemakaman itu.
“Memang, setelah ada keluarga kita yang kena Covid-19 baru kita percaya bahwa virus corona itu ada dan mematikan,” tutur Reza, seorang peziarah lainnya yang juga berkunjung ke pemakaman ini.
Reza kehilangan sang ibu yang berusia 54 tahun akibat keganasan Covid-19 pada akhir Maret 2021 lalu.
Dia mengajak kedua adik perempuannya untuk berziarah ke tempat ini, menghadiahkan al fatihah dan surat yasin, lalu ditutup dengan memanjatkan doa pengampunan untuk ibunda tercinta.
Sampai kini, masih sulit bagi Reza untuk menerima keadaan. Namun dia dan saudaranya harus mengikhlaskan kepergian ibu ke pangkuan tuhan. Status syahid tentu menjadi harapan, dan dia terus berusaha memberikan semangat kepada adik-adiknya agar diberi ketabahan.
Menurut data dari Satgas Penanganan Covid-19 Riau, sejak awal mula virus corona mendera seorang lansia di Riau pada 3 Maret 2020 lalu, hingga kini, Minggu, 23 Mei 2021, total sudah ada 54.254 kasus terkonfirmasi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir merincikan, dari jumlah itu, ada 3.111 pasien yang harus menjalani isolasi mendiri. Sedangkan 790 lainnya harus mendapat perawatan di rumah sakit, 48.939 dinyatakan sembuh, dan 1.414 dinyatakan meninggal dunia.
“Ini angka yang besar dan harus ditekan. Upaya penangan harus dilakukan bersama. Pemerintah bertugas mengeluarkan kebijakan dan hal lain yang upaya penanganan, maka masyarakat hendaknya selalu patuh pada protokol kesehatan. Yakin lah. Upaya bersama akan mencapai hasil yang maksimal dalam upaya pencegahan Covid-19 ini,” kata Mimi.
Harapan agar para pejuang Covid-19 yang telah menghadap ilahi mendapat tempat yang layak, tentu sudah pasti. Dari mereka yang lebih dulu pergi haruslah menjadi i’tibar bagi kita yang masih diberikan masa untuk bernafas, meskipun duka dan pilu atas apa yang terjadi masih begitu lekat membekas.
Covid-19, virus yang mematikan, itu benar adanya. Hal ini bukan lagi soal percaya atau tidak percaya, melainkan seberapa kuat menjaga dinding pertahanan agar orang-orang tercinta di sekitar tidak tak lagi menjadi korban. Cukup sudah!
(bpc2)