BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Bupati Rokan Hilir, Afrizal Sintong mengeluh soal kondisi infrastruktur jalan di daerahnya yang selalu saja hancur karena dilintasi oleh truk bertonase berat milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Afrizal Sintong meminta agar Pemprov Riau dan Kementerian Perhubungan menegur PT PHR. “Jalan yang banyak kami bangun hancur karena adanya kegiatan operasional PHR yang membawa tanah timbun,” ujar Aftizal Sintong, ketika ditemui di Pekanbaru baru-baru ini.
Lebih lanjut dikatakan Sintong, akibat muatan kendaraan pengangkut tanah milik PHR, dengan kapasitas besar, kondisi jalan di Rohil tidak pernah bertahan lama.
Terlebih rata-rata muatan truk angkutan itu bahkan sampai 20 ton, sedangkan kapasitas jalan hanya mampu menahan beban maksimal 8 ton.
BACA:
Ternyata, Dua Laka Kerja di PT PHR Terjadi Pasca Dirut Dijabat Chalid
“Inilah kendala yang kami hadapi sekarang. Memang termasuk mobil-mobil pengangkut sawit, tapi katakanlah itu mobil masyarakat. Tapi yang jadi kendala itu adalah truk-truk milik PHR atau subkon-nya. Karena muatannya memang sangat besar sehingga membuat jalan di daerah kami rusak,” tuturnya.
Sintong menyebut, saat ini ada kegiatan penimbunan untuk welpek milik di sumur-sumur minyak milik PT. PHR.
Untuk satu welpek itu saja, kata Sintong, membutuhkan sampai 2.500 kubik tanah. “Sekarang sudah ada 372 welpek yang sudah siap, berarti ada 2 juta kubik lebih tanah yang sudah diangkut melintas di jalan ini,” sambungnya.
“Sehingga jalan jalan yang kami bangun itu rusak sekarang ini. Bahkan kadang-kadang baru serah terima dari PUPR, sudah rusak lagi,” sambungnya.
Dia meminta kepada Kementerian Perhubungan untuk menegur PT. PHR agar truk yang digunakan untuk mengangkut tanah itu tidak menggunakan kendaraan bertonase besar.
“Bagaimana transportasi PHR ini menggunakan mobil yang mantannya 8 ton saja, sesuai dengan kemampuan beban jalan. Kami tak bisa menegur,” sambungnya.
Sementara itu, dia juga menjelaskan, bahwa kondisi tanah di Rohil sebagian besar adalah gambut, yang mana idealnya pembangunan jalan dilakukan dengan sistem rigid.
“Tapi anggaran kami tak ada. Makanya kami buat hotmix saja. Tapi tak bisa dilintasi oleh mobil besar. sehingga jalan yang kami bangun selalu rusak, karena dilintasi oleh mobil kapasitas muatan sampai 20 ton dari PHR,” ungkapnya.***