BERTUAHPOS.COM — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan strategi ambisius pemerintah dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Salah satunya dengan mendorong masuknya investasi asing melalui family office, sebuah konsep yang diyakini mampu menarik kekayaan global untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan konsumsi dalam negeri.
Upaya ini dianggap krusial untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global dan persaingan regional.
Luhut Binsar Pandjaitan, menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai rata-rata 6,5% per tahun hingga 2045. Target ini menjadi penting karena Indonesia akan kehilangan bonus demografi pada 2040, sehingga diperlukan percepatan pertumbuhan ekonomi sebelum momen tersebut berlalu.
“Pertumbuhan ekonomi harus bisa mencapai 6,5% agar pada 2030 kita bisa keluar dari jebakan kelas menengah. Kita harus berhati-hati karena bonus demografi akan habis pada 2040,” ujar Luhut dalam perbincangannya dengan Research Director Katadata Insight Center, Gundy Cahyadi, di sela-sela acara Indonesia Africa Forum 2024 di Bali, pekan lalu.
Luhut menjelaskan bahwa ekonomi Indonesia saat ini tengah menghadapi banyak tantangan global, termasuk kondisi geopolitik seperti hubungan Amerika Serikat dan Cina yang memanas. Situasi global ini diperkirakan akan membatasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, yang diproyeksi hanya berada di kisaran 5%.
“Kita beruntung, selama 10 tahun terakhir, Pak Jokowi telah meletakkan landasan yang kuat. Saya yakin Presiden Terpilih Prabowo akan lebih mudah mengkapitalisasi itu. Oleh karena itu, saya optimistis dengan perekonomian kita,” ungkap Luhut.
Salah satu hambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini adalah rendahnya investasi. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah berencana mendorong masuknya lebih banyak investasi asing, salah satunya melalui pembentukan family office. Konsep ini diharapkan mampu menarik kekayaan dari negara lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan konsumsi domestik.
Luhut menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah membentuk satuan tugas untuk mempersiapkan pengelolaan dana berbasis keluarga atau family office di Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan daya saing dibandingkan negara-negara lain seperti Singapura dan Hong Kong, yang saat ini telah memiliki ribuan family office.
“Di Singapura saja ada sekitar 1.500 family office, dengan triliunan dolar AS di sana. Sekarang banyak yang melihat bahwa situasi di Singapura mulai berubah, ada peluang yang bisa kita manfaatkan,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia juga telah belajar dari pengalaman berbagai negara seperti Singapura, Hong Kong, Shenzen, dan Dubai dalam membentuk kebijakan terkait family office. Selain itu, para ahli hukum dan konsultan turut dilibatkan dalam proses perumusan regulasi ini.
“Saya melihat banyak keuntungan yang bisa kita dapat. Saat ini, kami sedang merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2021 tentang Kawasan Ekonomi Khusus untuk memberikan insentif yang lebih menarik bagi investor,” kata Luhut.***(katadata)