BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Masakan Jawa memang dikenal dengan rasa manis yang menonjol.
Bahkan, sempat viral di media sosial, pihak produsen membedakan bumbu mie yang dipasarkan di Pulau Jawa dan diluar Pulau Jawa.
Rupanya, warganet menyadari bahwa bumbu mie instan, khususnya mie instan goreng, berbeda antara Pulau Jawa, dan luar Pulau Jawa.
Pihak produsen ternyata juga mengakui bahwa mereka membedakan isi bumbu, karena menyesuaikan dengan selera masyarakat lokal.
Untuk Pulau Jawa, bumbu mie yang dipasarkan terdiri dari saos, minyak, dan kecap, dan bawang goreng.
Sementara, untuk produk mie yang dipasarkan diluar Jawa, saus diganti dengan bubuk cabai yang lebih pedas.
Lalu, pertanyaannya, sejak kapan masakan Jawa bercita rasa manis?
Jika dilihat jauh ke belakang, pada saat Kerajaan Hindu masih berkuasa, memang harus ada unsur manis dalam suatu masakan.
Namun, rasa manis itu juga harus dilengkapi dengan rasa lainnya, seperti sepat, asam, pedas, dan asin.
Menurut Sejarawan JJ Rizal, dikutip dari Okezone.com, cita rasa manis di masakan Jawa ternyata berawal saat tanam paksa atau Cultuurstelsel oleh Kolonial Belanda pada tahun 1830.
Tanam paksa dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Isinya, setiap desa menyisihkan 20 persen tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya tebu.
Saat itu, semua rakyat dipaksa untuk menanam tebu. Bahkan, sawah yang biasanya ditanami padi, juga dialihkan menanam tebu.
Akibatnya, produksi gula sangat melimpah. Namun, rakyat kesulitan mendapatkan bahan pangan atau bahan bumbu lain seperti rempah.
Akhirnya, rakyat di Jawa berkreasi dengan menggunakan gula sebagai bahan makanan. Sejak saat itu, lidah masyarakat di Jawa lebih terbiasa dan menyukai rasa manis.
“Jadi rakyat Jawa menggunakan gula untuk jadi bumbu setiap masakan. Itulah mengapa masakan Jawa manis,” ujar JJ Rizal.
Itulah sebabnya, saat orang non Jawa berkunjung ke Pulau Jawa, mereka akan mengatakan makanan di Jawa itu manis.
“Hampir semua makannnya manis. Tapi tidak masalah, yang penting enak,”ujar salah satu warga asli Indragiri Hilir, Riau, Fadli. (bpc2)