BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Sejak pagi, para ibu paruh baya, anak-anak hingga balita, nangkring di sepanjang trotoar Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Pemandangan ini telah terlihat sejak beberapa minggu belakangan ini. Terlihat mereka duduk saling bergerombol (kelompok), menunggu mobil-mobil mewah berhenti di dekat mereka, berharap ada yang memberikan bingkisan sembako untuk dibawa pulang.
Sebut saja Sulastri, wanita paruh baya ini selalu menggendong anaknya yang masih balita duduk di bawah terik matahari. Dia sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah ketidakpastian. Tapi baginya rezeki selalu ada di jalan daripada harus berdiam diri di rumah. Saat musim corona seperti ini mereka akan menjadu peruntungan. Walau hanya beberapa mie instan yang bisa di bawa pulang. “Nggak setiap hari. Tapi kadang ada saja yang beri sembako,” ujarnya.
Setiap hari, menjelang siang, dia beranjak dari rumahnya menggunakan sepeda motor, kemudian di duduk berjam-jam di atas trotoar itu. Kadang seharian penuh, hingga suntuk malam. Beberapa kali, orang dermawan datang memberikan sembako menjelang malam. Kadang bagi-bagi takjil untuk buka puasa.
Pengamatan Bertuahpos.com sekitar akhir pekan lalu, tampak mereka berlarian dari tempat duduknya menghampiri sebuah mobil sedan hitam yang mendadak berhenti di pinggir jalan itu. Beberapa paket sembako dibagikan. Memang tidak semua kebagian. Di sini, siap cepat, dia dapat. Kecuali kalau orang dermawan itu memang mendatangi tempat duduk mereka satu persatu.
Penampilan mereka juga beragam. Ada yang biasa-biasa saja yang hanya duduk menunggu, ada juga yang membawa karung berisikan plastik bekas. Beberapa kali juga terlihat ada yang duduk di kursi roda lengkap dengan si pendorongnya, ada juga yang hanya duduk diam sambil menggendongnya anaknya yang masih kecil. Anak-anak di sana terlihat begitu senang jika mereka mendapatkan bingkisan.
“Rata-rata pasti ada mie instan isi palstiknya. Biasanya dengan beras dan telur,” sebut saja Umi, seorang wanita paruh baya yang dihampiri bertuahpos.com, Senin sore, 11 Mei 2020.
Orang-orang di pinggir jalan ini memang kerap menjadi sasaran pembagian sembako oleh mereka yang punya rezeki lebih. Bagi mereka, jika diamati dari fisik, memang mereka lah yang membutuhkan bantuan. Terlepas bagaimana kondisi sebenarnya latarbelakang orang-orang ini.
“Kami tidak punya waktu untuk menyurvei sampai dengan melihat langsung kondisi rumah mereka. Karena sudah niat untuk membantu, ya langsung saja mutar di kawasan itu,” kata Neti, seorang ibu rumah tangga yang beberapa kali sempat turun memberikan paket sembako kepada mereka. “Kami tidak bisa memberikan semuanya kepada mereka. Jadi siapa yang menurut kami membutuhkan saja, dari apa yang terlihat.”
Kawasan Diponegoro menjadi tempat strategis karena memang di jalan protokol ini tidak ditutup oleh petugas selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Pekanbaru diterapkan. Berbeda dengan jalur Sudirman yang selalu disekat sejak malam hingga siang hari. Meski demikian di beberapa titik lampu merah juga masih terlihat orang yang meminta.
Disepanjang jalur trotoar Diponegoro, setidaknya ada puluhan orang yang menunggu peruntungan untuk mendapatkan sembako. Karena memang itu tujuannya. “Berharap ada yang beri uang untuk kondisi saat ini, susah bang. Kebanyakan memang sembako,” sebut Umi. (bpc3)