Oleh: Sofyan Siroj Abdul Wahab
Direktur Qolbu Re-Engineering, aktif sebagai Anggota DPRD Riau
Sepertinya kita sudah kehilangan esensi jati diri keindonesiaan kita. Istilah-istilah asing yang sulit dipahami oleh masyarakat terus menghiasi hari-hari kita dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Mulai dari istilah pandemy, social distancing, working from home, home learning, stay at home, rapid test, swab test, sampai yang paling anyar new normal.
Tsunami New Normal
Mudah-mudahan ini bukanlah semantic game (permainan kata-kata) dari pemerintah di tengah keterbatasan menghadapi wabah pandemic Covid-19 ini. Para ahli diskursus menyatakan bahwa istilah New Normal adalah sebuah diskursus. Suatu gagasan yang dilontarkan yang akan merubah banyak hal dalam tata kelola kehidupan kita. Setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka ini akan seperti tsunami yang besar yang akan menggulung kita semua.
Tsunami ini bagai gelombang besar yang akan menghanyutkan semuanya. Akan melibas semua aspek kehidupan yang pada zaman Orde Baru kita kenal dengan istilah IPOLEKSUSBUDHANKAM (Ideologi, Politik, Ekonomi, pendidikan, Budaya dan Pertahanan Keamanan). Pokoknya semua, temasuk pola konsumsi dan mode berpakaian. Pilihannya hanya ada dua, hanyut atau kita bisa berselancar dengan gelombang. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah mencoba mempelajari sifat-sifat tsunami ini dan belajar beradaptasi dengannya.
Apa yang Akan Terjadi di Era New Normal?
Covid-19 tidak akan menghilang setidaknya 2 tahun yang akan datang. Banyak orang yang takut dengan kesehatan mereka, tapi yang terpenting banyak orang yang sangat takut dengan dompet mereka dan uang mereka, demikian juga dengan new normal saat sekarang ini. Jadi apa yang akan terjadi? Kira-kira ini yang akan terjadi.
Pertama, uang. Jumlah uang akan jauh lebih sedikit. Jadi menabunglah, jangan habiskan uang untuk hal-hal yang tidak kita butuhkan. Tidak usah ke mall dulu membeli starbuck kopi, jangan beli mobil, jangan beli saham, karena nilainya akan jatuh. Jangan beli fashion dengan merek-merek trendy karena itu tidak aka nada gunanya. Jadi berhematlah.
Kedua, pekerjaan. Banyak pekerjaan yang tidak akan pernah kembali lagi. Contohnya pelayan café, guide parawisata, industri perhotelan setidaknya menurut para ahli akan membutuhkan waktu dua tahun lagi akan mencapai jumlah normal seperti saat sekarang ini. Jadi di waktu kita yang luang ini kita harus menghabiskannya untuk lebih banyak belajar pekerjaan yang baru. Pelajari keahlian yang bisa menghasilkan uang dengan cepat. Sebagai pebisnis yang dibutuhkan saat sekarang ini adalah ahli IT dan design foto atau video. Dengan keahlian digital dan internet. Maka belajarlah.
Ketiga, pekerja paruh waktu (freelance). Dengan tingkat penggangguran mencapai 20% di dunia saat ini butuh waktu yang lama untuk kembali di kisaran kira-kira 5% dar total populasi. Inilah waktunya untuk menciptakan pekerjaan kita sendiri. Online-lah yang bisa memasak ajarkanlah memasak online, yang punya keterampilan mengajarlah secara online dan nikmatilah. Pekerjaan tradisional kantoran akan banyak yang mati dan punah.
Keempat, Kedokteran. Pendidikan kedokteran dan kesehatan akan sangat dibutuhkan. Untuk orang awam sangat penting untuk memahami ilmu kesehatan dan gizi untuk menjaga dan meningkatkan imun tubuhnya menghadapi Covid-19 ini, termasuk ilmu kedokteran dan kesehatan tradisional. Dan saya memprediksi pengetahuan seputar Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi) akan membludak di tahun-tahun ke depan. Maka bersiaplah!
Kelima, kesabaran. Ketika segala pembatasan dimulai, dan ini menjadi sangat menyebalkan karena akan terjadi lama sekali paling tidak 2 tahun ke depan atau lebih. Tidak akan ada lagi kerumunan besar, mudik lebaran dalam kegelisahan, tidak akan ada lagi kantor yang sibuk, tidak aka nada lagi pesawat yang penuh, dan uang tidak akan bertebaran, inilah waktu untuk berpikir berbeda.
Kelima hal ini menurut para ahli akan terjadi. Efek yang paling buruk adalah 30% masyarakat kelas ekonomi bawah dan yang tidak bisa berubah cepat. Tidak semua orang yang bisa meningkatkan keahlian atau bahkan mereka yang punya komputer sekalipun bisa beradaptasi. Ia akan dilibas tsunami new normal ini. Maka akan terjadi kesenjangan pendapatan. Yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin akan makin terpuruk. Ketika kesenjangan ini semakin besar maka akan terjadi kericuhan dan kerusuhan massal, yang akan mematikan bahkan sendi-sendi kebangsaan dan kenegaraan. Melimpahnya orang miskin yang lapar.
Maka saya menambahkan keenam yang harus terjadi adalah kedermawanan dan kerelawanan. Jadi ada satu hal yang harus kita lakukan pada era new normal ini, yaitu memiliki belas kasihan yang lebih besar, lihat diri kita dan lihat juga tetangga kita (husnul Jiran), mungkin saja mereka mengalami hal yang lebih sulit dari kita. Ini bukan waktunya kita menghabiskan uang kita atau hanya sekedar menyimpannya, dan saat ini adalah saatnya kita mendonasikannya, menyedekahkannya sebagai bekal akhirat kita. Inilah caranya kita bisa menghadapi pandemi ini bersama-sama. Insha Allah.
Esensi New Normal
Siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang? Jangan bersedih dengan apa yang telah terjadi. Dan ketika kehidupan kembali berputar. Tidakkah kita pernah mengalami kesulitan sebelumnya? Dan hidup kembali tenang seperti sebelumnya? Ingatlah kehidupan tidaklah ada kecuali momen-momen yang tidak seberapa lamanya. Berharap yang baik maka kita akan menemukan hal-hal yang baik.
Kita tidak akan pernah tahu, apa yang telah terjadi, mungkin baik bagi kita nantinya. Makanya jangan lah bersedih dengan apa yang telah terjadi. Semua orang merasa cemas, kita bukan satu-satunya orang yang menderita tapi kita dapat membuat hal-hal menjadi mudah Karena semuanya akan berakhir dengan satu atau cara lainnya. Pengalaman membuat kita semakin dewasa, akan membangun kita dari kealpaan diri. Mengajarkan kita dan membuat kita lebih kuat. Jadi kita harus terus percaya diri.
Bersyukurlah meski dalam kesulitan. Banyak dari kita masih bisa work from home. Tapi banyak lagi yang work for hungry. Semua penyakit Insha Allah ada obatnya. Memiliki keimanan akan membuat semangat kita lebih besar. Dan siapa yang mempunyai semangat kuat akan bertahan. Sekali lagi, berharap yang baik kepada Allah SWT maka kamu akan menemukan hal-hal yang baik, dan inilah Esensi dari “New Normal”
Salam Total Leadership!***