BERTUAHPOS.COM – Sahabatku, inilah sebuah kisah teladan dari mursyid kami yang membelikan istrinya sebuah semangka namun ketika dimakan ternyata semangka itu hambar rasanya dan istrinya marah-marah. Hal ini mungkin saja terjadi pada keluarga kita namun berbeda versi dengan kisah ini. Bagaimana cara Mursyid kami menegur istrinya tersebut ? Hal ini bisa disimak pada link berikut : https://pasulukanlokagandasasmita.com/kisah-buah-semangka/
Aku pun pernah membaca ketika Dr Aid Al Qorni mengatakan dalam bukunya “Al Hillu” menyebutkan:
إذا غضب الزوج فلتسكت الزوجة وإذا غضب الزوجة فليسكت الزوج ، وأما غضب فى غضب فجحيم لا يطاق
“Jika suami marah, maka diamlah istri dan jika istri marah, maka diamlah suami. Karena marah dibalas dengan marah adalah neraka yang tidak tertahankan nyalanya.”
Mengenai kemarahan dalam berumah tangga aku berpijak pada pepatah “Jadilah kau air yang memadamkan api amarahku ketika aku marah, begitupun aku akan memadamkan api amarahmu ketika kau marah.”
Al Kisah.., pada suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli Buah Semangka untuk istrinya. Saat disantapnya ternyata buah Semangka tersebut terasa hambar. Dan sang isteri pun marah.
Syeikh al-Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu, setelah selesai didengarkan amarahnya, beliau bertanya dengan halus:
“Kepada siapakah kau marah wahai istriku?, Kepada pedagang buahnya kah?, atau kepada pembelinya?, atau kepada petani yang menanamnya?, ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?” Tanya Syeikh al-Imam Syaqiq.
Istri beliau terdiam.
Sembari tersenyum, Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:
“Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik…, Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..! Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..! Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Semangka itu..!”.
Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perlahan di kedua pelupuk matanya…
Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya :
“Bertaqwalah wahai istriku… Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya… Agar Allah memberikan keberkahan pada kita”.
Mendengar nasehat suaminya itu, sang istripun sadar, menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapkan.
Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa setiap keluhan yang terucap sama saja kita tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT, sehingga barakah Allah jauh dari kita.
Karena barakah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi barakah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya.
Barakah itu: “… bertambahnya ketaatanmu kepada Allah”.
Makanan barakah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya.
Hidup yang barakah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barakah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah.
Barakah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.
Tanah yang barakah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Allah…tiada banding….tiada tara.
Ilmu yang barakah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barakah ialah ilmu yang mampu menjadikan seseorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Allah.
Penghasilan barakah juga bukan gaji yang besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rejeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
Anak-anak yang barakah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut, atau setelah dewasa mereka sukses bergelar dan mempunyai pekerjaan serta jabatan hebat, tetapi anak yang barakah ialah yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak mereka menjadi lebih shalih dari kita dan tak henti-hentinya mendo’akan kedua orang tuanya.
Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda :
“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Semoga kita semua dianugerahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur padaNYA, agar kita mendapatkan keberkahanNYA. Aaamiiin…
_________________________________
Oleh: Dr. Supardi, SH., MH.,
Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
Als. Rd Mahmud Sirnadirasa