Berpuasalah dan berjuanglah agar bertemu dengan Allah dan bukan hanya mendapatkan haus dan lapar
Oleh : Dr Supardi SH MH (Rd Mahmud Sirnadirasa)
Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”
Padahal hakekat puasa yang sesungguhnya adalah bisa bertemu Allah di saat sedang menjalankan ibadah puasanya. Masalah bertemu dengan Allah jangan hanya diartikan pada saat di akhirat kelak, karena bertemu dengan Allah dan mengikuti Rasulullah adalah di saat kita masih hidup di dunia ini karena Dia Yang Maha Suci mempunyai Sifat Maha Nampak dalam setiap sesuatu.
Sejalan dengan sabda Baginda Rasulullah Saw tentang puasa dikatakan :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Seorang Mursyid Agung lagi mulia Ibrahim bin Adham berkisah, “Aku berteman dengan para wali (rijal Allah) di pegunungan Lebanon. Mereka menyuruhku jika kembali ke masyarakat untuk menasihati mereka dengan empat hal: siapa yang banyak makan tak akan pernah menemukan manisnya ibadah; barangsiapa yang banyak tidur, dia tidak akan mendapatkan keberkahan dalam usianya; siapa saja yang mencari ridanya manusia, dia tak akan pernah menantikan keridaan Allah SWT; siapapun yang ucapannya berlebihan dan membincangkan keburukan orang lain (ghibah), maka tidak akan mati kecuali dalam keadaan keluar dari Islam.”
Ibadah ini adalah rahasia yang tidak ada kaitannya dengan ibadah lahiriah. Suatu rahasia yang tak ada yang mengetahuinya selain Allah, dan karena itulah pahalanya tak terkira. Manusia memasuki surga karena rahmat Allah, dan tingkatan mereka bergantung ibadahnya. Sementara menetapnya mereka di dalam surga untuk selamanya dikarenakan pahala puasanya.
Ku akhiri dengan do’a :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَا ئِكَ فِي غَيْرِ ضرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ
Allaahumma innii as-aluka Iadz-dzatan-nazhari ilaa wajhika, wasy-syauqa ilaa liqa-ika fii ghairi dharraa-a mudhirratin wa laa fitnatin mudhillah.
“Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang Wajah-Mu, rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan membahayakan dan fitnah yang menyesatkan” (HR Nasai)